Cerpen Bagaskara Akbarrizqi Iryawan
(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba) |
Pak Rahmatahalu asik adalah seorang nelayan di yang tinggal di daerah PIK. Meskipun merupakan seorang nelayan, namun pak Rahmat bukan nelayan biasa. Ia memiliki sebuah Perusahaan perikanan sukses di Jakarta, namun laut selalu menjadi panggilan hidupnya, maka ia pun hidup sederhana sebagai nelayan. Suatu pagi ketika pak Rahmat ingin memancing seperti biasanya, tiba tiba ia dan nelayan yang lainnya menemukan sebuah pagar yang berjarak 500m dari pesisir Pantai yang membentang sejauh lebih dari 1 km. pak Rahmat dan nelayan lainnya merasa ini bukan berita besar dan bukan masalah yang perlu diselesaikan. Hari berganti hari, pak Rahmat pun memperhatikan bahwa pagar tersebut terlihat semakin panjang, seolah-olah tumbuh dengan sendirinya. Suatu hari pak Rahmat pun memilih untuk mendekati pagar tersebut, ketika dilihat, pagar tersebut tampak seperti terbuat dari bambu biasa. Ketika diamati oleh pak Rahmat, dia menemukan bahwa bahan yang membuat pagar tersebut bukankah bambu, bentuknya seperti bambu, namun ia yakin bahwa ini bukanlah bambu. Materi yang membuat pagar tersebut seperti bukan dari dunia ini, materinya seperti besi namun tidak berkarat dan nampaknya kuat sekali. Tetap saja, pak Rahmat memilih untuk tidak macam macam dengan pagar tersebut. Berminggu minggu berlalu, pagar tersebut tetap tumbuh semakin Panjang, namun tidak ada yang melihat siapa yang memasangnya. Sudah hampir setahun sejak pertama kali pagar ini ditemukan, sekarang panjangnya sudah hampir 50 km. Desas desus pun mulai bermunculan antara para nelayan, beberapa bilang bahwa ini skema pemerintah yang mencoba untuk menghentikan para nelayan untuk memancing di laut, yang lain bilang bahwa ini hasil dari pemerintah yang korupsi, beberapa lain berpendapat ini hanya ulah usil dari penduduk. Pak Rahmat tahu desas desus ini tidak benar karena ia yakin tidak mungkin manusia bisa membangun pagar ini maupun memperoleh materi yang membuat pagar tersebut, namun hatinya gelisah, mungkin saja ada hal yang pemerintah sembunyikan dari publik. Sebenarnya pak Rahmat tidak ingin macam macam dengan pagar ini, namun ia merasakan perasaan nelayan lain, bagaimana pagar ini membuat mereka sulit untuk melaksanakan mata pencahariaan mereka. Salah seorang dari pak Rahmat bilang bahwa ia sampai perlu menambah bahan bakar yang ia bawa hanya untuk pergi memancing. Pak Rahmat pun prihatin atas kejadian ini, ia pun memilih untuk turun dalam masalah ini. Dari Analisa pak Rahmat, yang ia temukan adalah, bahwa pagar ini bertambah Panjang ketika malam hari, ketika tidak ada yang melihat. Untuk mengungkap kebenaran dibalik pagar ini, pak Rahmat berencana akan keluar pada malam hari dan melihat siapa sebenarnya yang memasang pagar tersebut. Malam hari pun tiba, pak Rahmat membawa perahu memancingnya untuk mengawasi pagar tersebut. sesampainya di salah satu ujung pagar tersebut, ia pun menunggu sampai Tengah malam, sambil terus memperhatikan pagar itu. Ketika hampir Tengah malam, pak Rahmat merasa suatu perasaan yang aneh, ia sangat pusing dan mengantuk, seketika itu, ia melihat Cahaya putih dari langit, seketika itu pun ia tak sadarkan diri. Paginya ia dibangunkan oleh seorang nelayan yang sedang pergi memancing. Ketika pak Rahmat terbangun ia terkaget melihat pagar tersebut sudah membentang lebih jauh lagi, padahal, malam sebelumnya ia tak melihat siapapun yang memasangnya. Pak Rahmat pun Kembali ke rumahnya dengan tangan kosong, tanpa hasil yang memuaskan. Selepas hari itu, pak Rahmat memanggil temannya, pak hasan, seorang ilmuan dalam bidang kelautan. Pak Rahmat pun menceritakan seluruh kejadian ini kepada pak hasan. Namun, pak hasan terlihat tidak terkejut, justru ia menghela napas. Pak hasan bilang bahwa ia sebenarnya sudah menduga hal ini akan terjadi, namun ia juga tidak menyangka masalah itu akan jadi sebesar ini. Pak Rahmat kebingungan. Pak hasan menjelaskan, bahwa tepat satu tahun yang lalu ia dan tim ilmuannya, menemukan salah satu alat memberikan hasil yang aneh. Hasil dari alat tersebut menunjukan bahwa ada sebuah ancaman besar yang berasal dari laut, terlihat seperti sebuah makhluk namun mereka tidak menemukan makhluk yang berbentuk maupun berukuran seperti makhluk seperti itu dalam catatan manapun. Pak hasan berkata bahwa ia sempat membawa masalah ini kepada bagian pertahanan negara, namun mereka di beri arahan untuk tidak memberikan informasi ini kepada publik karena di khawatirkan akan menyebabkan kepanikan. Pemerintah berkata akan mencoba menangani masalah ini, namun pak hasan tidak yakin akan hal tersebut. Pak hasan juga bilang, hasil pengamatan pak Rahmat pun bukan berita baru, sebuah penemuan dari bagian Antariksa menyatakan ada sebuah benda yang tidak terlihat namun memberikan sinyal electromagnet yang besar memasuki wilayah atmosfer bumi pada saat yang sama seperti penemuan makhluk bawah air tersebut, awalnya ilmuan kira ini hanyalah sebuah batu meteorit dengan kandungan besi yang tinggi. Namun ketika di lihat, tidak ada kawah yang di hasilkan meteorit tersebut, para ilmuan pun berasumsi bahwa itu adalah sebuah kapal luar angkasa. Pak hasan meneruskan, para ilmuan juga sudah melakukan beberapa tes dan penelitian pada pagar tersebut, didapatkan hasil bahwa ada sebuah gaya tidak terlihat yang sangat kuat yang dikeluarkan oleh pagar tersebut namun gaya tersebut tidak bisa dirasakan oleh manusia. Pak Rahmat pun menyela pembicaraan tersebut dan bertanya, mungkinkah pagar tersebut dipasang untuk menghalau bencana dari laut tersebut. Pak hasan mengangguk, lalu meneruskan, para ilmuan juga berpikiran bahwa pagar tersebut dipasang oleh semacam alien atau makhluk antar galaksi yang datang dari kapal yang ditemukan saat itu, yang berniat untuk melindungi umat manusia. Pak Rahmat Kembali bertanya, “namun mengapa makhluk laut tersebut mengincar tempat ini?”, menurutnya daerah PIK ini bukanlah daerah penting maupun pusat pemerintahan, bukan tempat yang strategis untuk diserang oleh makhluk asing. Pak hasan menjelaskan bahwa di daerah PIK ini memiliki sumber day yang diperlukan woleh makhluk asing tersebut. Selagi mereka masih membicarakan hal ini, dapat terdengar kericuhan diluar, nampaknya warga sedang melakukan sesuatu. Pak Rahmat dan pak hasan pun bergegas keluar, dan melihat bahwa warga sedang mencoba menghancurkan pagar tersebut, pak Rahmat dan pak hasan mencoba menenangkan warga dan mencoba menghentikan aksi tersebut, namun percobaan mereka gagal. Para warga dan nelayan sudah tidak tahan lagi dengan masalah yang sudah disebabkan oleh pagar ini, dan respon yang minim dari pemerintah. Pak Rahmat dan pak hasan pun hanya terdiam takberdaya dan melihat mereka mencabut pagar tersebut satu persatu. Keesokan harinya, pak hasan sudah pergi dengan memperingatkan pak Rahmat bahwa bahaya tidak bisa dielakkan, dan sebaiknya pak Rahmat pun mengungsi dari tempat itu. Hari itu berjalan seperti biasa, bahkan terlihat bahwa para nelayan sudah senang Kembali, akhirnya mereka bisa berkerja seperti biasa. Tentunya tidak dengan pak Rahmat, ia khawatir dengan keselamatan para nelayan dan warga, untuk usaha terakhirnya pun ia mencoba mengajak para warga untuk mengungsi dari pesisir Pantai dengan menggunakan Bahasa yang tidak menghawatirkan mereka. Beberapa warga sempat terhasut dengan ajakannya. Namun tentunya, tanpa kebenaran maupun alasan yang masuk akal, mereka tidak mau pergi. Akhirnya pak Rahmat pun pergi meninggalkan tempat itu dengan berat hati, menyadari bahwa ancaman besar tak bisa mereka hindari. Hari pun berlalu dan prediksi itu pun terjadi. Pada hari itu, awan gelap menyelimuti langit, pesisir Pantai menjadi kering, perahu para nelayan kandas, mereka terheran atas kejadian ini. Tanpa mereka sadari, Sebuah ombak besar pun datang menuju Pantai, bahkan masih berlanjut jauh hingga daerah sekitarnya. Pak Rahmat yang sekarang sudah berpindah hanya bisa melihat kejadian itu dengan pilu saat diberitakan di tv. Ombak tersebut menyapu bersih seluruh rumah dan bangunan yang ada di pesisir Pantai maupun sekitar daerah PIK, hanya menyisakan tanah kosong. Pemerintah mencoba menenangkan para penduduk, pak Rahmat hanya terdiam di rumahnya, hari itu menjadi hari yang kelam untuk dikenang. Namun dibalik semua kejadian ini, tanpa siapapun sadari, pagar tersebut Kembali berdiri kokoh, tampak tidak tersentuh.