Saturday, March 15, 2025

Cerpen Lomba | Bilal Zaki Muhamad Baradja | Pagar Laut

Cerpen Bilal Zaki Muhamad Baradja



(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)  |


Di sebuah desa kecil yang terletak di tepi pantai, ada sebuah cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi. Cerita itu tentang "Pagar Laut," sebuah keajaiban yang melindungi desa dari bahaya yang datang dari lautan. Pagar Laut bukanlah pagar biasa, melainkan dinding gelombang yang muncul setiap kali desa menghadapi ancaman besar.


Nama desa itu adalah Desa Laut Merah, tempat di mana rumah-rumah terbuat dari kayu dan para nelayan menggantungkan hidup mereka pada hasil tangkapan ikan. Laut adalah sumber kehidupan, namun juga bisa menjadi pembawa malapetaka. Badai besar sering melanda, menggulung perahu-perahu nelayan, dan menghanyutkan apa saja yang ada di pesisir. Masyarakat desa sudah terbiasa dengan ancaman-ancaman dari lautan, namun mereka juga meyakini bahwa selama Pagar Laut masih ada, mereka akan selalu aman.


Konon, Pagar Laut diciptakan oleh nenek moyang mereka, para penjaga laut yang memiliki kekuatan magis. Setiap kali lautan mengamuk, Pagar Laut akan muncul dengan bentuk gelombang tinggi yang menutup pintu masuk desa. Hanya orang yang memiliki darah penjaga laut yang dapat memanggilnya. Dan itu menjadi tugas turun-temurun yang hanya bisa dilakukan oleh seorang perempuan, keturunan terakhir dari penjaga laut.


Di tengah desa, ada seorang gadis muda bernama Selina. Ia adalah keturunan terakhir dari keluarga penjaga laut, meskipun ia sendiri belum tahu sepenuhnya mengenai peranannya. Sejak kecil, Selina selalu mendengar cerita dari neneknya tentang Pagar Laut, tetapi ia tidak pernah benar-benar percaya. Semua itu hanya legenda—hingga suatu malam yang penuh badai.


Selina tumbuh sebagai seorang gadis yang ceria dan penuh rasa ingin tahu. Meskipun ayahnya seorang nelayan dan ibunya telah meninggal sejak ia kecil, ia tetap merasa damai dengan hidupnya. Neneknya adalah orang yang paling banyak memberinya pengetahuan tentang kehidupan dan tentang laut. Namun, tentang Pagar Laut, Selina tidak pernah terlalu memperdulikannya. Ia selalu menganggap itu hanyalah cerita dongeng yang diceritakan neneknya untuk menenangkan hati orang-orang di desa. Ia merasa dirinya tak lebih dari seorang gadis biasa yang hidup di tengah masyarakat nelayan.


Namun, malam itu segalanya berubah. Angin malam berhembus kencang, dan langit yang biasanya cerah kini tertutup awan hitam yang mengerikan. Desa Laut Merah yang biasanya tenang kini dipenuhi dengan kekhawatiran. Ombak yang tenang berubah menjadi ganas, menggulung dan menghantam segala yang ada di hadapannya. Badai besar datang dengan kekuatan yang tak terduga.


Nelayan-nelayan yang sebelumnya pergi melaut, kini berlari ke daratan. Perahu-perahu mereka yang terjebak di tengah laut terombang-ambing, hampir tenggelam. Warga desa berlarian ke tempat perlindungan, mencoba menyelamatkan diri mereka dari terjangan ombak yang semakin tinggi. Selina, yang saat itu sedang berada di rumah neneknya, merasakan getaran aneh di dalam tubuhnya. Ada suara yang berbisik dalam dirinya, sesuatu yang memanggilnya.


"Nenek!" Selina berlari menuju ruang tengah rumahnya. "Apa yang harus kita lakukan? Laut... laut sedang marah!"


Neneknya yang sedang duduk dengan tenang hanya tersenyum dan menatap cucunya. "Laut memang sering marah, sayang. Tetapi jangan khawatir, ada kekuatan yang melindungi kita. Jika saatnya tiba, kau akan tahu apa yang harus dilakukan."


Selina merasa bingung. "Kekuatan apa, Nek?"


Neneknya menarik napas panjang dan berkata, "Pagar Laut."


Selina tercengang. "Pagar Laut? Itu hanya cerita lama. Bukankah itu hanya legenda?"


Neneknya menggelengkan kepala. "Tidak, sayang. Itu bukan legenda. Pagar Laut adalah kenyataan, dan kau adalah keturunan terakhir yang bisa memanggilnya."


Selina terdiam, masih tidak percaya. Namun, suara angin yang kencang dan gemuruh ombak yang menghantam pantai semakin membuatnya cemas. Ia merasa ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya, sesuatu yang seperti memanggilnya ke luar. Tanpa berpikir panjang, ia keluar dari rumah dan menuju tepi pantai, meski badai semakin mengganas.


Di sana, angin menerpa wajahnya dan ombak menghantam tubuhnya, tetapi Selina merasa ada sesuatu yang mendorongnya untuk terus maju. Tanpa sadar, tangannya terangkat ke udara, dan kata-kata yang tidak ia mengerti keluar begitu saja dari bibirnya.


"Datanglah, Pagar Laut," ucapnya dengan pelan.


Tiba-tiba, laut yang ganas itu mulai berubah. Gelombang-gelombang yang besar dan mengancam mulai bergerak mundur, seolah-olah ada sesuatu yang menahan mereka. Selina terkejut, namun tidak berhenti mengucapkan kata-kata yang terucap begitu alami. Sesuatu yang kuat dan mistis datang dari dalam dirinya, seperti aliran energi yang mengalir melalui tubuhnya.


Lalu, dari kedalaman lautan yang gelap, gelombang-gelombang itu berkumpul dan membentuk dinding besar yang menjulang tinggi. Pagar Laut—sebuah dinding raksasa yang terdiri dari ombak—terbentuk dengan sempurna di sekitar desa. Selina terjatuh ke tanah, tubuhnya lemas, tetapi matanya masih terbuka, menyaksikan keajaiban yang baru saja terjadi. Pagar Laut benar-benar ada, dan ia yang memanggilnya.


Badai mereda. Ombak yang sebelumnya sangat tinggi kini menghilang, meninggalkan laut yang kembali tenang. Desa Laut Merah yang semula terancam musnah oleh gelombang besar, kini aman. Rumah-rumah yang terbuat dari kayu dan bambu masih berdiri kokoh. Perahu-perahu yang terombang-ambing kembali ke pelabuhan dengan selamat. Semua warga desa keluar dari tempat perlindungan, bingung tetapi penuh rasa syukur.


Nenek Selina datang menghampiri cucunya yang terbaring lemah di pantai. "Selina," katanya lembut, "kau telah melakukan apa yang harus dilakukan. Kau telah memanggil Pagar Laut. Kau adalah penjaga laut yang terakhir."


Selina tersenyum, meskipun tubuhnya masih terasa lelah. "Aku... aku tidak tahu bagaimana aku bisa melakukannya. Itu datang begitu saja."


Neneknya membantunya berdiri. "Kekuatan itu ada di dalam dirimu, Selina. Kekuatan yang diwariskan dari nenek moyang kita. Kau adalah keturunan terakhir yang memiliki darah penjaga laut."


Sejak malam itu, Selina mulai belajar tentang kekuatannya. Neneknya mengajarinya segala hal yang perlu diketahui tentang Pagar Laut dan cara memanggilnya. Selina, yang dulu tidak percaya dengan cerita-cerita neneknya, kini menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar, sebuah warisan yang melindungi desa dan laut.


Desa Laut Merah tetap aman dari badai besar setelah itu. Selina menjadi penjaga laut yang baru, yang dengan kekuatan dalam dirinya, mampu memanggil Pagar Laut setiap kali bahaya datang. Ia tahu bahwa kekuatan itu tidak hanya untuk melindungi desa, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan laut.


Pagar Laut tetap menjadi simbol kekuatan dan perlindungan, yang hanya bisa dipanggil oleh mereka yang memiliki darah penjaga laut. Cerita tentang Pagar Laut terus diceritakan kepada generasi baru, dan Selina, yang kini menjadi penjaga laut, memastikan bahwa warisan itu akan terus hidup dan melindungi desa mereka.


Dan begitu, Desa Laut Merah yang kecil tetap aman, terjaga oleh Pagar Laut yang muncul setiap kali diperlukan, menyelamatkan desa dari kemarahan lautan yang tak terduga.