Saturday, March 1, 2025

Cerpen Lomba | Hadi Amasae | Pematang Itu Milik Siapa?

Cerpen Hadi Amasae




(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)


Sejak aku lahir pematang di pesisir pantai kampungku itu sudah ada.aku pernah bertanya pada bapak dan ia mengatakan bahwa sejak ia lahirpun pematang laut itu sudah ada.aku pikir mungkin pematang itu sudah ada sejak leluhur kami membangun kampung ini.begitulah aku meyakininya karena pematang yang berfungsi seperti pagar laut itu terlihat berlumut dan menyatu dengan segala tumbuhan dan penghuni lautan sekitar.


Pematang laut itu terbuat dari susunan batu-batu seperti timbunan pengerukan yang tersusun berpetak-petak seperti pematang sawah.bila air laut penuh pematang itu akan tenggelam di tutupi laut dalam.namun fungsinya akan nampak ketika air laut surut.dimana pematang itu terlihat di permukaan dan petak-petaknya akan membentuk kolam-kolam .ikan-ikan yang terjebak di dalam pematang-pematang itu akan menjadi rebutan warga untuk berburu dan mendapatkannya.memang begitulah fungsi pematang laut itu.ia akan menjebak ikan-ikan yang akan menjadi ladang panen warga.


Namun ada yang tidak beres dari keberadaan pematang laut itu.ada beberapa pematang yang terletak di tempat strategis di perairan kampung  telah di klaim sebagai milik pribadi.keluarga pengklaim pematang itu memiliki pengaruh di kampung sehingga sulit bagi warga yang lain untuk mempertanyakan dan mempersoalkan hak kepemilikan itu.sebenarnya kekuatan keluarga itu adalah mereka memiliki kakek moyang mereka yang berumur panjang hingga kini ia telah berusia seratus lima puluh tahun.namun ia masih memiliki tubuh yang kuat dan sehat.setiap kali air surut si kakek yang kami panggil Jou itu selalu datang ke pematang milik mereka dan menjaganya.biasanya ia membawa anak-anak dan cucu cicit nya untuk memanen ikan.memang pematang milik mereka berada di tempat strategis sehingga ikan-ikan kebanyakan terjebak di sana.pematang mereka juga hampir mengelilingi pesisir kampung sehingga sudah seperti pagar halaman untuk rumah mereka.hal ini terlihat saat air laut surut.dengan di pimpin oleh Jou _sang kakek,keluarga berpengaruh itu melarang segala aktifitas warga di sekitar pantai dan perairan pematang milik mereka.larangan ini sangat mengganggu warga  karena mereka seperti tidak bebas dan merdeka dalam memanfaatkan lautan sebagai alam liar


Warga seperti mendapat receh dari warisan nenek moyang.sisa pematang yang menjadi lahan mencari ikan untuk seluruh warga terletak di perbatasan kampung dengan kampung tetangga yang biasanya tidak menjebak banyak ikan.warga juga merasa kesulitan saat menambatkan perahu motor mereka baik saat doking di darat maupun berlabuh di depan perairan kampung.jou benar-benar telah berkuasa atas pesisir perairan kampung sehingga segala aktifitas melaut warga harus di mulai di batas kampung.


*


Sebenarnya banyak warga yang tidak puas dengan klaim dari pihak keluarga Jou atas pematang-pematang itu.kadang saat air laut surut dan semua warga telah berkumpul untuk menangkap ikan seperti terjadi perang dingin antara warga dan keluarga Jou yang berpengaruh itu.apalagi Jou biasanya berkata kasar dan bertindak ekstrim.orang-orang dewasa semuanya sudah tahu akan klaim kepemilikan pematang itu namun kadang anak-anak pada lupa diri.mereka kadang mencari ikan dan memasuki lahan milik Jou tanpa merasa bersalah.seperti merasa bosan menegur anak-anak itu Jou akan mencari batu-batu sedang yang seukuran dengan telapak tangannya dan melempari anak-anak itu.beberapa kejadian pelemparan itu mengenai anak anak dan mereka terluka parah di kepala.melihat itu Jou tidak merasa bersalah.ia bahkan balik menyalahkan orang tua mereka yang tidak mendidik anak-anak  dan mengatangatai anak-anak dan orang tua itu dengan kata-kata kasar dan kotor.selama ini warga menampung perasaan kesal yang amat besar pada Jou namun rasa ketidak puasan warga hanya sebatas dalam diskusi-diskusi mereka saat waktu luang di kios-kios pinggir jalan.warga seperti ingin mencari jalan keluar atas persoalan ini namun mereka tidak berdaya.mereka merasa keluarga Jou di lindungi oleh kekuasaan raksasa negeri ini.


Sebagai seorang warga dan mahasiswa kadang aku bertanya pada setiap orang-orang kampung tentang keberadaan pematang itu.namun warga tidak memiliki pengetahuan yang cukup.bapak ku dan kakek hanya mengatakan bahwa pematang itu sudah ada sejak mereka ada.mereka berdua juga tidak mengetahui sejak kapan pematang-pematang itu di buat.menurut mereka orang yang paling tua yang tersisa saat ini adalah Jou yang telah berusia seratus lima puluh tahun.karena itu segala hal yang ia katakan selalu di percaya warga walau kadang segala keputusannya tidak memuaskan warga.tetapi dialah orang tua kampung yang tersisa.jou adalah saksi sejarah.karena itulah ia memegang peranan penting di kampung kita yang di kenal sebagai kampung adat.sebagai orang tua dulu yang tersisa ia juga kemudian layak untuk menjadi kepala suku.bahkan penunjukkan ia sebagai kepala suku sampai ia menutup mata.mungkin dahulu kala leluhur jou lah yang membangun kampung ini dan membuat petak-petak pematang itu.mungkin karena itulah mereka mengklaim hak kepemilikan sejumlah pematang laut itu.


Tetapi kadang aku bertanya-tanya dalam diri.kalau andaikan demikian adanya apakah hal itu masih berlaku di jaman kemerdekaan ini.kita tahu bahwa lautan adalah penghubung dunia.yang berhak membuat pagar untuk lautan haruslah sesuai hukum internasional yang melindungi setiap negara-negara maritim di dunia ini.lautan bukanlah tanah yang menjadi hak milik pribadi dan keluarga.segala pertanyaan-pertanyaan di kepalaku sebenarnya adalah isi kepala warga selama ini.apalagi ini jaman modern.segala informasi terbuka dan telanjang.


Keluarga Jou _ mereka tidak menyadari bahwa nasib dinasti keberpengaruhan mereka sedang di ujung tanduk.para warga telah menimbang-nimbang mereka di dalam tatapan mata dan pikiran mereka selama ini.seperti pembangunan pagar laut di Jawa yang kini sedang dalam proses pembongkaran yang mereka tonton lewat media-media nasional yang mudah mereka akses.para warga yakin,cepat atau lambat pematang-pematang laut milik pribadi itu akan menjadi milik bersama.begitulah harapan warga setiap kali aku mendapati mereka berkeluh kesah di kios-kios pinggir jalan.aku mendengar keluhan-keluhan mereka itu saat mereka berinteraksi dengan laut mereka selalu menatap sinis pagar halaman keluarga Jou itu.dendam ketidakadilan selalu nampak dalam sorotan mata dan tutur kata mereka setiap saat aku pulang berlibur.dan saat aku kembali ke kota untuk berkuliah aku membawa wajah-wajah  penuh dendam dan amarah itu kedalam aksi-aksi demontrasi yang diadakan oleh himpunan mahasiswa di kampus.aku hanya bisa membantu mereka dengan sedikit mengkritik permasalahan mereka diatas tumpukan sampah masalah bangsa ini kepada kaum yang berkuasa.aku hanya bisa menyuarakan masalah mereka di atas podium-podium aksi untuk mencari solusi bersama rakyat-rakyat yang merasa tertindas dan terjajah.


**


Hingga pada suatu hari,saat aku merasa aksi-aksi jalanan saja tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan ini.aku di telpon bapak yang mengabari pada ku bahwa Jou yang kuat dan perkasa jatuh sakit dan tertidur lemah di rumah sakit.warga memanfaatkan kelemahannya untuk melawan keluarganya.keluarganya yang lemah karena selama ini hanya berlindung di balik ketek Jou tidak berkutik apa-apa saat air laut surut dan warga menyerbu pematang milik mereka dan menangkap ikan disana.mereka seperti pasrah dan membiarkan dinasti kekuasaan mereka selama ini runtuh tanpa perlawanan.pematang-pematang laut itu kini sudah menjadi milik warga dan semua warga bebas menangkap ikan di sana.pesisir pantai dan lautannya kini di penuhi perahu dan kapal-kapal motor warga untuk berlabuh dan doking


Sedang jou_ menurut bapak ia sekarat di rumah sakit.ia seperti di timpah azab dari perbuatan-perbuatannya selama ini.ia seperti mendapat kutukan,hidup tak mau dan matipun tak bisa.hingga ia menyadari kesalahan dan dosa-dosanya selama ini.ia meminta seluruh warga datang mengunjunginya dan ia ingin meminta maaf atas perilakunya selama ini.di depan warga Jou meminta maaf atas perampasan pesisir laut selama ini.ia mengaku sendiri telah berbuat salah dan khilaf.ia merasa menjadi salah seorang tua yang tersisa dan berbuat zalim pada dirinya sendiri.ia menceriterakan hal sebenarnya dari pematang-pematang kolam klaim miliknya itu.ia mengatakan bahwa kolam itu milik warga seluruhnya.dahulu kala leluhur bergotong royong membuat pematang-pematang itu untuk manfaat bersama.namun kesombongan telah membutakan matanya.sebagai orang tua yang tersisa Jou merasa memiliki kekuasaan dan pengetahuan atas pematang-pematang itu.


Hari ini Jou meminta maaf pada warga atas kelakuannya yang berlebihan.ia ingin warga memaafkannya agar jalan kepulangannya pada Allah dapat di mudahkan.di depan semua warga,bapak mewakili seluruh warga menerima permohonan maafnya dan mengantar napasnya yang terakhir kehadirat Allah.


Saat mendengar ceritera bapak,terasa mentari terbit menembus ruang-ruang kegelapan.pikiranku terbang pulang kampung dan merayakan hari panen ikan saat air laut surut jauh.terlihat warga tumpah ruah memenuhi kolam-kolam pematang dengan merdeka dan bebas


Kini,tidak ada lagi tanda tanya : pematang itu milik siapa ? Kini masarakat sudah tahu jawabannya.bahwa merekalah pemilik negeri,lautan,pesisir dan segala isinya.