Monday, March 3, 2025

Cerpen Lomba | Muhammad Fadil Rizki Akbar | Pagar di Lautan

Cerpen Muhammad Fadil Rizki Akbar




(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)


Azmi, seorang wanita asal Tangggerang, Banten. Ia hidup seorang diri di rumahnya yang ada di pesisir pantai. Ibunya meninggal setelah melahirkannya dan ia tinggal dengan ayahnya yang seorang nelayan. Tapi, suatu hari, ayahnya menghilang ketika sedang mencari ikan di laut. Sekarang ia hidup sendirian dan bekerja sebagai seorang aktivis lingkungan yang telah lama berjuang untuk melindungi pesisir desanya.


Suatu hari, sebuah proyek besar bernama “Pagar Laut” mulai dibangun di wilayahnya.


Proyek itu diklaim sebagai solusi untuk melindungi desa dari abrasi, tetapi Azmi melihat dampak buruknya. Nelayan kehilangan mata pencaharian, ekosistem laut rusak, dan yang paling aneh, desanya mulai mengalami kejadian-kejadian ganjil.


Masyarakat melaporkan melihat bayangan besar di perairan, suara jeritan dan tangisan di malam hari, dan perahu yang mendadak terbalik tanpa sebab. Karna laporan tersebut, Azmi pun pergi untuk menemui Pak Wawan, seorang tetua di desa. Pak Wawan memberitahu Azmi bahwa proyek pemagaran laut bukan hanya berdampak buruk bagi para nelayan tapi juga bagi makhluk yang telah lama tinggal di lautan.


Dengan rasa penasaran, Azmi mulai menyelidiki proyek tersebut. Ia menemukan bahwa proyek itu dikelola oleh seorang investor misterius yang hanya dikenal dengan nama “Tuan Key.” Semakin dalam ia menggali, semakin banyak hal mencurigakan yang ia temukan— dokumen yang tiba-tiba hilang, pekerja yang enggan berbicara, dan peringatan samar dari orang- orang yang takut.


Suatu malam, Azmi dan beberapa rekannya mulai menyelidiki ke dekat pagar laut yang telah dibangun sebagian. Mereka melihat sesuatu yang mengejutkan, seorang wanita berselimut kain sutra berwarna kuning kebiruan sedang menangis di atas bebatuan, dengan rambut panjang berkilauan seperti ombak dan mata yang bersinar hijau kebiruan. Wanita itu tampak sedih dan terluka seraya memandangi lautan.


Azmi menyadari bahwa wanita itu bukan manusia biasa. Mungkin wanita itu adalah sosok makhluk laut yang diceritakan pak Wawan.

 

Wanita itu melihat kedatangan Azmi dan teman-temannya, ia memperkenalkan dirinya sebagai salah satu penjaga lautan bernama Nyi Rara Samudera. Ia memberitahu Azmi bahwa proyek yang dilakukan manusia terhadap laut akan melanggar keseimbangan alam dan akan membangkitkan kemarahan para penghuni laut. Nyi Rara Samudera sudah berusaha untuk memendam kemarahan lautan karna ia tidak ingin manusia terluka. Ia memperingatkan bahwa jika pagar laut tidak dihancurkan, bencana besar akan menimpa desa.


Besoknya, Azmi mulai menggalang dukungan dari masyarakat dan mencari bukti bahwa proyek ini penuh dengan penyimpangan. Namun, saat ia mendekati kebenaran, ia dikejutkan oleh fakta mengejutkan—tiba-tiba Tuan Key datang ke rumahnya bersama beberapa orang.


Kedatangan Tuan Key bukanlah keterkejutan baginya, tapi fakta bahwa Tuan Key adalah ayahnya. Azmi mengalami keterkejutan yang mendalam di pikiran dan di hatinya.


Sudah 10 tahun sejak ayahnya menghilang, dan sekarang, ia tepat di depannya seperti orang asing yang tidak mengenal putrinya. Saat Azmi masih remaja, ia percaya suatu hari ayahnya pasti akan kembali, jadi dia terus menunggu dengan penuh harapan setiap hari, hari menjadi minggu, minggu menjadi bulan, bulan menjadi tahun, dia terus menunggu. Sekarang, ayahnya kembali, tapi bukan sebagai ayah yang ia kenal, tapi sebagai Tuan Key yang ada di balik proyek pagar laut. Azmi mengalami gejolak emosi dan langsung melontarkan banyak pertanyaan.


Tuan Key hanya menatapnya dengan kosong. Ia memberitahu Azmi untuk tidak ikut campur dengan proyeknya atau dia akan celaka. Azmi langsung membentak dengan amarah, ia tidak terima dengan omong kosong yang ia dengar. Dia hanya ingin mendengar kebenaran dan permintaan maaf karna telah menghilang dan tidak pernah kembali. Tuan Key yang melihat tatapan serius Azmi pun mulai memberi tahu segalanya. Azmi yang mendengarkan tidak percaya nama Nyi Rara Samudera keluar dari mulut ayahnya.


10 tahun yang lalu, ketika ayahnya pergi untuk menangkap ikan di lautan, tiba-tiba cuaca menjadi buruk, ombak terus menabrak perahunya dari berbagai arah seperti ingin perahunya terbalik. Karna tidak bisa melawan ombak yang besar, ia pun tenggelam di telan ombak. Ketika sadar ia sudah berada di pantai Ketapang, Sumatera. Ketika tenggelam ia merasa telah di selamatkan oleh seorang wanita yang bernama Nyi Rara Samudera. Mengetahui nama tersebut ia pun mencari segala informasi mengenai Nyi Rara Samudera dan saat itulah ia mengetahui ada mutiara di tengah lautan yang bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal, dan mutiara tersebut di jaga oleh sosok makhluk gaib bernama Nyi Rara Samudera.


Tuan Key pun memberitahu Azmi tentang rencananya membangun pagar di laut agar Nyi Rara Samudera menampakkan dirinya. Mendengar hal itu Azmi tidak ingin ayahnya tahu kalau dia pernah bertemu dengan Nyi Rara Samudera. Tuan Key bertujuan untuk menghidupkan ibu Azmi, istrinya dengan mutiara laut yang di jaga oleh Nyi Rara Samudera. Ia ingin sekali melihat orang yang dia cintai, hidup dengan kebahagian bersama dengannya. Tuan Key kemudian menyuruh Azmi untuk tidak menghalanginya, karna proyek ini buka hanya untuknya tapi juga untuk Azmi.


Mendengar semua hal tersebut, Azmi hanya bisa terdiam, ia tidak tahu harus bagaimana untuk membalas perkataan ayahnya. Melihat reaksi Azmi, Tuan Key hanya menghela napas lalu pergi dari sana dengan orang-orangnya. Azmi terlihat menyimpan begitu banyak pertanyaan, tapi dia tidak bisa mengungkapkan semua karna kebenaran yang telah dia dengar lumayan mengguncang pikirannya.


Pada malam harinya Azmi pergi ke bebatuan di pantai, ia memandangi laut yang terlihat jauh berbeda dengan yang ia ingat. Ia masih mencoba menenangkan pikirannya dengan angin laut yang menerpanya. Tak lama kemudian, Azmi mencoba untuk memanggil Nyi Rara Samudera berharap ia bisa bertemu dengannya. Tak disangka Nyi Rara beneran datang menghampirinya. Tanpa pikir panjang Azmi langsung bertanya tentang mutiara laut yang bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal.


Nyi Rara menjawab dengan rasa amarah, ia mengira Azmi adalah orang yang akan bisa ia percaya tidak seperti manusia yang tidak peduli dengan alam. Tapi, sekarang, Nyi Rara merasa semua manusia sama saja. Manusia hanya peduli dengan diri mereka sendiri, hanya mementingkan ego dan keuntungan mereka sendiri tanpa melihat akibat dari perbuatannya. Nyi Rara pun pergi dengan rasa kecewa dan mulai memperingati Azmi, kalau mereka masih melanjutkan proyek pagar laut, maka ia tidak akan menghalangi lautan lagi untuk menunjukkan kemarahannya.

 

Azmi merasa tidak tahu harus berpihak kepada siapa. Ia tahu bahwa tujuan ayahnya memang sangat menyimpang, tapi dia tetap ayahnya, orang yang dulu membesarkannya tanpa seorang sosok ibu disampingnya. Tapi, jika dia membiarkan proyek ini tetap berjalan akan banyak orang yang akan celaka.


Protes besar-besaran terjadi, Azmi berhasil membuktikan bahwa proyek tersebut ilegal dan sangat merusak lingkungan, banyak media yang memberitakan tentang proyek pagar laut misterius tersebut, dan tekanan dari masyarakat juga membuat pemerintah terlibat untuk menghentikan proyek tersebut. Pembokaran pagar tersebut langsung dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Tuan Key kemudian mengambil tindakan dengan menyuruh bawahannya untuk tetap melanjutkan proyek walaupun pemagaran harus dilakukan di malam hari.


Beberapa hari berlalu, tidak ada perubahan, dan hari itu pun tiba. Langit tiba-tiba mendung seakan malam menyelimuti langit, angin berhembus kencang ke arah laut, gelombang laut mulai tidak menentu. Azmi yang menyaksikan hal tersebut merasa kalau ini adalah kemarahan lautan. Di kejauhan, Azmi melihat sebuah kapal yang berlayar di tengah amukan angin dan gelombang, di kapal itu ada Tuan Key dan beberapa nelayan bersamanya. Tanpa pikir panjang, Azmi langsung mengejar perahu tersebut menggunakan perahu temannya.


Ketika sampai di tengah laut, Tuan Key melihat sosok Nyi Rara Samudera sedang mencoba memanggil gelombang besar yang akan menyebabkan tsunami. Melihat hal tersebut, Tuan Key langsung melancarkan rudal air untuk melawan Nyi Rara Samudra. Ia terus mencoba menyerang agar Nyi Rara memberikan mutiara tersebut padanya. Pertarungan sengit terjadi antara kekuatan manusia yang menginginkan keajaiban laut dan kekuatan alam yang berusaha mempertahankan keseimbangannya.


Dalam pertempuran terakhir di tengah badai dan gelombang. Nyi Rara Samudera kehilangan kesabarannya dan memanggil gelombang setinggi gunung untuk mengakhirinya. Namun dengan datangnya Azmi ke tengah pertempuran tersebut akhirnya ia bisa menenangkan amarah Nyi Rara dan menghentikan ayahnya.


Mendengar penjelasan dari Azmi, kebenaran di balik proyek tersebut, dan tujuan sebenarnya dari ayahnya, itu membuat Nyi Rara mulai mengerti dan memberitahu tindakannya selama ini. Nyi Rara memberitahukan resiko yang sangat besar jika seseorang menggunakan mutiara laut, resiko dari melanggar hukum alam sangat berakibat fatal bagi hukum dua dunia. Ia memohon kepada Tuan Key untuk menghentikan tindakannya dan segala perbuatannya yang mengancam keseimbangan alam. Azmi juga mulai membujuk ayahnya bahwa dia tidak ingin ayahnya berbuat begitu, ia tidak ingin mengenal sosok ibu yang tidak dia ingat sama sekali, ia hanya ingin ayahnya kembali ke kehidupannya.


Setelah melihat keteguhan dari putrinya, Tuan Key pun mengulurkan niatnya dan mulai sadar kalau yang dia lakukan adalah salah. Seharusnya dia kembali ke rumah bersama keluarga satu-satunya yang ia punya, yaitu Azmi. Tuan Key begitu menyesal dan merasa bersalah, dia langsung meminta maaf, berharap putrinya masih mau menerimanya di rumahnya. Melihat ketulusan hatinya, Azmi tersenyum dan memaafkan ayahnya. Mereka pun kembali ke pantai.


Setelah kejadian itu, lautan kembali damai, proyek pagar laut dihentikan, semua pagar dihancurkan, dan Nyi Rara Samudera mengucapkan terima kasih kepada Azmi atas keberaniannya. Sebelum menghilang ke dalam lautan, ia berpesan bahwa selama manusia menjaga keseimbangan dengan alam, laut akan tetap menjadi sumber kehidupan, bukan kehancuran. Seperti ibu Azmi yang telah menyelamatkan Nyi Rara Samudera.


Azmi belajar bahwa kekuatan sejati bukanlah milik manusia yang serakah, tetapi ada pada mereka yang berjuang untuk menjaga harmoni antara manusia dan alam. Desa kembali tentram, dan Azmi pun terus berjuang untuk kelestarian lingkungan, dengan kenangan akan Nyi Rara Samudera yang selalu membimbingnya.


Bersambung…