Monday, March 3, 2025

Cerpen Lomba | Natalia | Pagar Laut

Cerpen Natalia




(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)


Sudah sekian lama pembatas itu ada dalam hidup si Rara yang notabene anak pungut dari sebuah kota kecil di pinggiran Semarang. Bagi sebagian orang mungkin itu wajar tetapi bagi seorang Rara yang hanya bertatus anak pungut itu sebuah tembok pemisah yang sangat tebal yang membuatnya tak mampu berkutik, pasalnya setiap apapun yang dilakukannya akan selalu salah di mata saudara-saudaranya, walau Rara berusaha mengerjakan dengan sebaik mungkin untuk Dinda dan Manda. Kebosanan dan keengganan untuk nenerobos pembatas itu membuat Rara terus merasa terkungkung di sebuah labirin gelap pikirannya sendiri. Hingga pada suatu hari hadirlah seorang paman dari kota Kendal  yang sangat sayang kepada Rara dan membuat Rara memiliki secercah harapan paling tidak dua minggu di atas pembelaan paman angkatnya tersebut.


Pagi itu terdengar sebuah pintu yang diketuk beberapa kali, pertanda bahwa rumah itu sepi dengan penghuni, sebenarnya tidak juga karena ada Rara yang sedang di dalam kamar asyik dengan headset di telinganya yang membuat Dia tidak mendengar bunyi ketukan pintu tersebut. Sampai suatu titik ketukan yang mulai lebih keras membuyarkan konsentrasi Rara yang sedang menulis curhatan singkat di buku favoritnya. Akhirnya Rara mulai melangkah menuju pintu depan dan begitu dibuka, ternyata ada seorang pria tinggi, tegap dan usia sekisaran 40an sudah ada di depan matanya. Dan pria itu pun yang sering dipanggil Bayu ternyata adalah paman angkat Rara yang sedang mendapat tugas dinas di kota Weleri kurang lebih 2 minggu. Dengan tergagap dan mulut menganga Rara sedikit kaget karena walaupun pria itu sudah usia terhitung matang tapi wajahnya yang tampan membuat Rara agak sedikit terkesima dengan ketampanan paman angkatnya tersebut. “ Siang, apakah pak Indra ada di rumah ya? Perkenalkan saya Bayu, adiknya yang dari Kendal, kalau boleh tahu kamu siapa kok saya baru melihat kamu di rumah ini?’. “ Oh maaf, silahkan masuk terlebih dahulu’, setelah mempersilahkan masuk di ruang tamu, Rara melanjutkan kata-katanya untuk menjawab pertanyaan Bayu yang masih tertunda. “ O jadi bapak Bayu ini adik dari Ayah?’. Gantian kali ini Bayu yang agak setengah kaget mendengar gadis muda itu menyebut ayah ke Indra. ‘ Ehm, ayah? Celetuk si Bayu. ‘ Iya, perkenalkan saya anak angkat yang diadopsi dari sebuah panti di pinggiran Semarang oleh pak Indra dan bu Ratih.’ O begitu, maaf saya baru tahu kalau kak Indra memutuskan mengadopsi seorang anak lagi, siapa namamu?’. “ Iya, saya anak pak Indra. Nama saya Rara’. Bayu melanjutkan kembali penjelasannya mengenai kedatangannya kali ini ke rumah Indra kakaknya ke Rara. ‘ Jadi begini, saya kesini sebenarnya sudah memberi kabar 3 jam yang lalu melalui whatsapp tetapi sepertinya Kak Indra mungkin sedang sibuk jadi saya langsung kesini saja karena sore nanti saya sudah harus cek lokasi yang selama 2 minggu saya akan ditugaskan disini untuk proyek yang lumayan besar di pinggiran pantai’, jadi bisakah saya langsung ke kamar untuk saya istirahat sebentar supaya sore sudah segar dan bugar untuk cek lokasi?’ Rara pun akhirnya mengerti bahwa pria tersebut sudah selayaknya dia panggila paman karena ternyata adik dari Pak Indra yang tidak lain adalah ayah angkat Rara. Rara kemudian permisi untuk membuatkan minuman karena bagaimanapun walaupun pamannya tetaplah, Bayu adalah tamu yang baru datang dari jauh, tapi di benak Rara melihat kebaikan yang terpancar dari wajah Bayu yang kuning langsat dan cukup bersih wajahnya. “ Paman, apakah paman ingin minum air dingin atau Rara buatkan teh agar tidak haus karena baru dari perjalanan lumayan jauh’. “ Ehm boleh air dingin saja, setelah itu coba tunjukkan kamar supaya saya bisa merebahkan badan saya barang 2 jam sebelum sore nanti ke lokasi’. “ Baik paman Bayu, saya akan ambilkan minumannya terlebih dahulu, silakan sambil bisa menonton TV mungkin’. “ Terima kasih Rara, kamu anak yang baik’. Sebelum Rara sempat pergi ke ruang makan untuk ambilkan minum, Bayu pun masih bertanya ke Rara karena penasaran, mengapa kakaknya tidak memberitahu kalau mengambil seorang anak dari panti.  “ Ehm Rara,  kalau boleh tahu Manda dan Dinda apa tidak di rumah? Kok daritadi saya tidak mendengar suara mereka? Kak Ratih juga sepertinya tidak ada di rumah?’ “ Iya paman, mama Ratih, Kak Dinda dan Kak Manda sedang pergi ke acara kondangan, mungkin nanti 1 jam lagi mereka sampai rumah’. “ Ehm, bolehkah saya tahu mengapa Kak Indra mengadopsi kamu, bukankah Kak Indra sudah ada Manda dan Dinda?’ ‘ Jadi, waktu mama Ratih pak Indra kunjungan ke panti di pinggiran Semarang dan bertemulah dengan saya di panti itu paman, dan di Panti saya paling kurus dan pendiam, jadi pak Indra dan mama Ratih ingin mengadopsi saya’. ‘ O begitu ceritanya, saya lihat kamu anak yang baik, semoga kamu bisa beradaptasi dengan baik di keluarga ini ya’. “ Trimakasih paman Bayu, sebentar saya ambilkan minum’. “ Baiklah, jawab Bayu. Tak lama kemudiam minuman segelas air dingin pun habis dengan cepat, dan Bayu mulai menuju ke kamar kosong yang memang disediakan khusus jika ada tamu dan Rara pun membereskan gelas pamannya dan menucinya di dapur.


Satu jam kemudian, Ibu Ratih, Manda dan Dinda sudah sampai dan ketika membuka pintu, Dinda melihat ada sepatu pria, Manda mulai berceloteh dengan agak keras, ‘ Ra, kok ada sepatu pria, kamu masukkan teman pria ke rumah selama kami pergi?’ Mendengar suara yang dikenali segera Rara menghambur ke ruang tamu dan berkata, “ Maaf kak Dinda, Rara tidak membawa teman pria, tapi ada paman Bayu yang satu jam lalu datang kesini dan sedang istirahat di kamar’. Tanpa disadari bahwa suara Dinda terdengar di telinga Bayu dan Bayu agak sedikit mengernyitkan dahinya mendengar perlakuan Dinda ke Rara, tapi tetap Bayu pura-pura memejamkan mata lagi. ‘ Sudah, sudah Din….baru juga sampai rumah sudah menuduh adikmu yang tidak-tidak, cuci kaki dan segera ganti baju, coba panasi sayur yang mama beli supaya kalau pamanmu mau makan sudah siap nanti. Sambil ngeloyor pergi Dinda pun menjawab, ‘ baiklah mami ratu celetuknya, pasti selalu bela si Rara’. Tiga puluh menit kemudian, Bayu pun keluar dari ruangan dan hendak ke dapur dan berpapasan dengan Ratih yang sedang di dapur menyiapkan menu makanan yang dari aromanya kelihatannya enak. “ Eh, kak Ratih, maaf saya langsung kesini, beberapa waktu lalu saya sudah hubungi kak Indra melalui whatsapp tetapi ternyata belum dibalas jadi saya memutuskan langsung kesini karena nanti jam 16.00 wib, saya harus sudah cek lokasi karena saya selama 2 minggu ditugaskan di dekat pantai sini kak’. “ Wah iya, kok seperti mendadak dan tidak info ke kak Ratih, kalau info pasti kak Ratih akan pulang cepat dari kondangan’. “ Iya, agak lost kontak saya cari-cari nomor kak ratih tidak ada, jadi saya langsung kesini saja, oya Kak Indra tidak pernah cerita-cerita tentang Rara  ya kak?’ ‘ Oh iya, karena baru 1 bulan ini Rara di keluarga ini jadi belum sempat cerita-cerita, kasihan di panti kurus dan paling pendiam, siapa tahu kalau kita adopsi dia bisa jadi teman untuk Dinda Manda, Bay’. “ O gitu, iya sepertinya Rara anak yang baik walau memang agak pendiam’. “ Kalau lapar langsung  makan saja dulu ya, karena kakak, Manda dan Dinda sudah makan tadi di kondangan, jadi jangan segan ya untuk ambil sendiri Bay, anggap rumah sendiri ya, kak Ratih tinggal ke toko depan gang dulu ya’. “ Oh siap kak, akan ludes dengan segera ini aromanya sudah membuat perutku lapar, hehehe….” Baiklah, pergi dulu ya Bay’. “ Siap kak’. 


Sore menjelang, Bayu pun bergegas ke lokasi dimana dia harus membuat proyek pagar laut karena kondisi tanah yang sering abrasi, longsor dan untuk mengurangi dampak ombak. Banyak penduduk sekitar laut yang mereka juga menggantungkan ekonomi mereka dari laut. Baru sampai di lokasi, Bayu tercengang melihat beberapa penduduk yang coba mencuri beberapa kayu-kayu yang memang akan dibuat pagar laut, untung Bayu segera mendekat dan bertanya. ‘ Bapak-bapak, maaf itu kayu mau dibawa kemana? Itu kan punya perusahaan kami’. Mendengar suara Bayu, kedua bapak tersebut akhirnya kabur dengan cepat dan kayunya belum sempat diambil. Bayu menggeleng-gelengkan kepalanya seandainya dia terlambat datang ke lokasi pasti kayu-kayu itu sudah diambil dan itu artinya kerugian bagi dirinya. Kemudian Bayu bergegas mengecek tumpukan-tumpukan kayu yang akan dibuat untuk pagar laut yang sudah diletakkan di tempat yang aman dan terkunci tapi tetap namanya pencuri kadang punya seribu cara untuk bisa mengambilnya. “ Ah, harus segera dalam 2 hari ini dikerjakan supaya kayu-kayu ini tidak habis diambil oleh orang-orang tak bertanggung jawab, gumam Bayu.’ Lalu Bayu segera menyusun layout pagar laut sembari melakukan pengamatan lokasi dan mengukurnya dibantu beberapa pekerja yang memang penduduk lokal yang sering sudah membuat proyek dan kerjasama dengan perusahaan tempat Bayu bekerja. Lima hari pun berlalu dan Rara merasa punya paman yang sangat baik sehingga setiap kali Dinda dan Manda mau mencoba keras dengan Rara, Rara punya paman yang selalu membelanya. Pembatas di hati Rara bahwa dia tidak disukai oleh saudara-saudaranya perlahan-lahan mulai rontok karena sosok Bayu yang sanggup menenangkan ketakutan Rara selama ada di keluarga itu terutama ke Manda dan Dinda.