Saturday, March 15, 2025

Cerpen Lomba | Putri Talbiatul Rahmah | Dalang di Balik Layar

Cerpen Putri Talbiatul Rahmah 



(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)  |


Teriakan lantam menggema di udara,meneriaki sebuah gedung putih tempat manusia berdasi mengatur otoritas negri. Ratusan nelayan dan kawanan mahasiswa bergerombol riuh melakukan aksi demonstrasi, dari mulutnya keluar butiran pembelaan diri mengenai laut yang tak lagi perawan.Kedalamannya telah dijamah tangan durjana tak berhati nurani.


Kini penampakan laut yang tak lagi asri,karna terhalang jeruji pagar yang membatasi. "Pertahankan hak asasi" nelayan berkoar seakan bernyali besar.


"Selamatkan lautan !!!"Mahasiswa ikut meneriaki umpatan sebagai bentuk kepedulian terhadap lautan.Namun, tak satupun dari perwakilan rakyat yang muncul mendengar jeritan rakyat jelata yang kian merana,hingga lemparan batu berhasil lolos lewat pagar pembatas gedung,membobol pecah kaca pelapis tiap sudut ruang. Para polisi kewalahan mencegah aksi massa yang semakin anarkis.


"Harap tenang ! dimohon mendengarkan arahan "setelah polisi memberikan komando, dari balik kayu jati yang disulap menjadi pintu megah, lima orang berpakaian rapi tersenyum simpul berjalan selayaknya artis papan atas.


"Kami akan menindak lanjut perihal pagar laut terlarang kawasan Tangerang.Saat ini kami tengah menelusuri sertifikasi hak guna bangunan sekitar 263 bidang, kemungkinan 17 diantaranya merupakan sertifikat hak milik "mendengar pernyataan mentri,massa semakin brutal dan liar.


Drttt...getar ponsel di saku celanaku berdering,terlihat nama ibu terpampang jelas dilayar, saat kuterima panggilannya seketika pernyataan menohok menimbulkan brain fog.Sesaknya desakan orang di sekitar memasok oksigen di tubuh semakin berkurang,lambat laun gelap datang lalu hilang kesadaran.


Samar terdengar tangisan,kupandang langit kamar yang tak asing dalam ingatan,ya ini adalah kamarku.Tapi mengapa terdengar tangisan bersahutan dengan lantunan al-qur'an? Aku terbangun dari ranjang kayu yang hampir lapuk.Kubuka pintu, terlihat ruangan penuh dengan puluhan orang duduk melingkari kain yang membentang ke arah kiblat.


"ibuuuu" aku berhambur memeluknya yang menangis diselimuti duka. "Bapakmu nak, bapakmu"


"Bapak kenapa bu?"


"Bapakmu, telah tiada" kalimat terakhir yang ibu ucapkan membuat duniaku seakan beku dalam sedetik, Aku tak mempercayai kenyataan pahit yang kualami.


"Bapakkk" kubuka kain yang membungkus mayat dihadapanku,benar saja wajahnya tertidur pulas dengan tenang.


"Bapak, jangan tinggalkan Ayu pak"


Aku menangis sambil memeluk jasad Bapak yang tak bernyawa lagi.Aku masih tidak terima. Mengapa bapak pergi begitu cepat?Aku tidak mengerti apa yang terjadi.Namun, kesadaran mengetuk batinku, bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi,dan setiap yang bernyawa pasti akan mati.

 

Di bawah langit malam Tangerang yang basah oleh resah,sekelompok nelayan menahan hawa dingin di atas perahu. Bermodal lampu pijar sebagai penerangan,kail dan jala sebagai senjata,semangatnya tetap membara .Lautan bagaikan Ibu,ditangannya menimbang sampan,dadanya menyusui jaring dan nafasnya berhembus garam. Kini tubuhnya terpasung,perutnya tertusuk duri besi menikam tajam,menelan harap penghasilan kami sebagai nelayan.


"Tidak ada yang menyangkut" Aku menghela nafas saat jala yang ditarik kosong.


"Semenjak ada pagar laut pekerjaan kami terhambat" Taryo,pamanku mendumel sendiri. "Mencari ikan harus putar balik menghabiskan banyak bahan bakar" Pak Darmono mengeluhkan keresahannya.


"Siapa dalang dibalik pagar misterius itu?" Pertanyaan Seno,Adikku yang duduk dibangku SMA membuat semuanya angkat bahu.


"Pagar sepanjang 30.16 km mana mungkin selesai semalaman" Pamanku menggelengkan kepala.


"Apakah proyek pemerintah?"Seno semakin penasaran dengan topik yang dibahas. "Coba tanya kakakmu yang ikut demo"


"Sampai saat ini pemerintah masih melakukan penyelidikan."


Kegiatan pasca demo membuatku kembali mengingat Bapak yang meninggal tragis.Menurut saksi mata,ia ditemukan mengambang di perairan.Sebelumnya ia berpamitan untuk menyortir ikan, naas ketika pulang tinggal nama.Dugaan warga,Bapak terjatuh dari perahu.Pertanyaannya dengan siapa ia mengayuh sampan? tidak ada satupun yang bersama Bapak ketika kutanya kawanan nelayan,sehingga menimbulkan misteri yang tak terpecahkan. "Ini handphone bapakmu" tiba-tiba Pak Darmono menyerahkan sebuah benda pipih berbentuk persegi padaku.


"Sebelum meninggal bapak sempat ke rumah mengantarkan kail, sayangnya handphone nya ketinggalan"


"Terima kasih Pak Darmono" kutekan tombol on yang terletak di samping kanan,layarnya masih tak menyala sepertinya kehabisan daya.


Matahari mulai menyilaukan pancaran di ufuk timur,menyambut hari yang baru.Motor yang dikendarai Seno berhenti di depan rumah.Kami baru saja pulang usai mencari upah yang tak seberapa.


Cklek,Kuputar gagang pintu dengan mudah.


"Ternyata rumahnya tidak dikunci " keadaan rumah tampak sepi seperti tak berpenghuni. "Bu,apakah ada didalam?"


Brakkk! terdengar suara barang terbanting dari dalam kamar,kami bergegas menghampiri sumber suara.Kami terkejut melihat seseorang tertangkap basah dengan muka memerah. "Sedang apa paman dikamar ibu?"Seno bertanya dengan raut penasaran,sedangkan yang ditanya sibuk merapikan deretan dokumen yang berceceran. "Apa maksudnya mengacak-acak dokumen keluarga kami?"


"Jangan-jangan paman ada sangakut pautnya dengan kematian bapak?"

 

pertanyaan itu lolos begitu saja keluar dari mulutku, mengundang ledakan emosi Seno yang tersulut.


"Kurang ajar"Seno langsung menyerang Paman tanpa aba-aba,hingga tubuhnya jatuh tersungkur.


"Seno hentikan!" Aku berusaha melerai,nihil tenaganya tak mampu kuhadang. "Den,dengarkan paman dulu"


"Dasar pembunuh" Alih alih mendengar,Seno malah menghajar tanpa ampun.Alhasil Paman pergi menghindar meninggalkan seno yang masih beremosi tinggi. "Seno apa yang kamu lakukan?"


"Maaf kak,aku terlalu sensitif dengan hal yang berkaitan dengan Bapak"Lalu ia berlalu meninggalkanku. Kupungut satu persatu dokumen yang berserakan.Kupicingkan mata saat menangkap sebuah lembar surat diantara tumpukan dokumen lainnya.


"Sertifi..."


"Apa yang kamu lakukan disini?" Seseorang muncul dari balik pintu,dengan cepat ia merampas semua dokumen yang ada ditanganku.


"Makanan sudah ibu siapkan di meja,cepat dimakan sebelum dingin" Belum sempat bertanya,gelagat ibu seolah mengusirku untuk segera keluar dari kamarnya.Berhubung perutku sudah keroncongan,tak ada yang kuperdulikan selain untuk mengisi perut.


Tengah malam,dari balik tirai jendela yang tersingkap,mataku mengawasi gerak gerik tiga orang tengah berbincang.Kecurigaanku semakin besar tatkala mengetahui tiga diantara mereka merupakan Paman Taryo.Tak lama kemudian mereka memasuki civic hitam dan mulai melintasi jalan.Entah dorongan dari mana,Aku bergegas menyalakan mesin roda dua bersiap mengekornya dari belakang.


Butuh waktu sekitar 30 menit sampai akhirnya civic hitam berhenti di depan sebuah Ruko terbengkalai seluas 6 lantai.Anehnya,hanya paman yang turun sisanya menunggu di mobil. kuparkirkan motorku tak jauh dari pengawasan. Langkah pelanku berhasil membuntuti paman masuk ke dalam Ruko.Gelapnya penglihatan dan minim penerangan membuatku refleks menyalakan flash light handphone. Tembok penuh dengan coretan abstrak,debu mengempul dari setiap sudut ruang, serta tumpukan kardus tempat tikus berkembang biak membuatku bergidik ngeri.


"Sialan aku kehilangan jejak’’


Suara gelas beradu padu dengan kerasnya alunan musik menuntun langkahku menaiki sebuah tangga.Tepat didepan sebuah pintu besar yang sedikit terbuka,telingaku menguping percakapan dari dalam.


"Hahaha lucu sekali hidup di negara konoha" "Perihal pagar laut bikin geger satu nusantara"


"Awalnya mentri ATR BPN bilang sudah terbit SHM diatas laut, begitu ditanya siapa yang membuat semua kompak menggelengkan kepala"


"Biarlah mereka saling tuduh, tersangka utamanya mungkin hantu penunggu lautan hahaha" Lewat ekor mata yang mengintip, terpampang gelas cekung berisi beer hitam yang menggiurkan dikelilingi tumpukan uang di atas meja bundar.

 

"Sertifikat aman kan?"


"Aman ditanganku"suara khas wanita terdengar amat familiar,sialnya sekat pintu yang tertutup membatasi akses penglihatan.


"Ayu" jantungku nyaris copot,melihat seseorang yang kutakuti berada di belakangku. "Pa pa man"


"Syut" ia menempelkan jari telunjuknya didepan mulut.Dengan cekatan kamera DSLR membidik auto zoom interaksi di dalam.Pemikiranku mendadak 2G tidak mengerti apa yang kerjakannya.


Brakk!! suara kaleng bekas yang terinjak mengundang perhatian orang yang ada di dalam. "Siapa disana?"


"Cepat sembunyi" Paman menunjuk rak berdebu yang terletak di pojok ruangan,Aku setengah berlari,mirisnya belum sempat paman menyelamatkan diri, pintu terbuka dan terjadilah penyerangan.


"Penyusup"


Bugh...Dengan potensial energi yang dimiliki,Paman mengahajar lima orang sekaligus.Tangkisan serta pukulan ia arahkan seperti lakon silat yang kutonton dalam serial film,sungguh menakjubkan. Satu persatu lawan mulai tumbang,sialnya komplotan baru datang menyerang.


"Dasar brengsek" Disisa tenaga yang tersisa,paman jatuh limbung. Pisau tajam siap menghunus paman dari arah belakang,dengan cepat kulempar balok kayu tepat mengenai dada si pelaku. "Beraninya kau" dia melotot dan menghampiriku.


"Jangan mendekat" Langkahku mundur tak beraturan, mengingat Aku tak bisa bela diri tidak ada yang bisa kuharapkan.


"Takut ya? hahaha "ia menyeringai puas.Namun,aku tak tinggal diam kuhadang dengan menjatuhkan barang yang berserakan,untuk menutupi akses jalan. Sialnya,kakiku terpeleset penyebab ambruknya tubuh di atas pecahan kaca.


"Aduh" tetesan darah menetes membasahi kedua tangan.


"Jangan sakiti dia" Aku menutup mulut tak percaya,melihat seorang wanita yang sangat kukenali datang menghampiri.Seketika aku tak mampu berkata-kata untuk mencerna kenyataan di depan mata. Dorr...Terdengar tembakan pistol di udara,tak lama kemudian muncul kawanan polisi menodongkan pistol ke setiap penjuru ruang.Dua orang yang menunggu di luar ternyata komplotan polisi juga.Aku salah mengira,sudah menuduh yang tidak-tidak.


"Dilarang bergerak,angkat tangan!"Perintah polisi membuat semua bungkam sambil mengangkat tangan.


"Kalian tersangka sebagai oknum tindakan ilegal yang selama ini kami cari"


Borgol besi melingkar sempurna dipergelangan 12 orang tersangka,sampai akhirnya,mereka diarahkan memasuki patwal polisi.


........

 

Saluran televisi tengah booming menyiarkan update berita terkini.Dalang dibalik terciptanya pagar laut ilegal berhasil dikepung polisi.Sesuai Pasal 98 UU No 32 tahun 2009 mereka resmi menerima hukuman.


Diduga,oknum merupakan organisasi hitam yang diketuai oleh pimpinan perusahaan besar yang bertujuan untuk kepentingan pribadi.


"Kak,apa yang terjadi?" Seno datang menghampiriku tengah terduduk lesu di sisi ranjang Rumah Sakit.


"Kakak baik-baik saja kan?" Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Di samping ranjangku Paman Taryo belum sadarkan diri, tubuhnya penuh dengan selang dan infusan.


Aku menyesal telah menuduhnya sembarangan,padahal diam-diam tengah mengungkap kebenaran dalang dibalik kejahatan.


"Aku mendapat informasi kak, Pak Darmono memintaku membuka galeri handphone bapak" Kugulir handphone Bapak menekan slide galeri,menampilkan video yang Bapak rekam secara diam-diam. Penampakan pertengkaran antara bapak dengan seorang wanita yang memaksa bertanda tangan diatas kertas,membuat dadaku sesak.Sadar atas penolakan bapak, tanpa berperasaan ia mendorong bapak hingga tercebur ke dasar lautan.Wanita yang menjanjikan surga dibawah telapak kakinya telah berubah menjadi iblis dan kini telah ditahan dalam sel.


"Ibu?"


Ya dialah dalang dibalik layar yang sebenarnya.