Cerpen Siti Aisyah Al Humaira
(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)
Ombak menghantam pagar laut dengan keras, membuat suara berdebam yang menggema di sepanjang dermaga tua. Angin laut bertiup kencang, membawa aroma asin yang menusuk hidung. Lampu-lampu dermaga berkedip lemah, menciptakan bayangan samar yang bergerak-gerak di permukaan air.
“Apa kita benar-benar harus ke sini malam-malam begini?” tanya Reza, suaranya bergetar.
“Kalau siang, kita tidak akan melihat apa-apa,” jawab Rangga, matanya tajam menatap pagar laut yang berkarat.
“Damar hilang di sekitar sini. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
Damar adalah seorang nelayan yang menghilang seminggu lalu. Orang-orang desa menemui perahunya yang terombang-ambing di dekat pagar laut, tanpa pemilik. Kata Pak Joyo, seorang nelayan tua, sebelum hilang, Damar pernah mengaku melihat sesuatu di laut.
“Sesuatu?” tanya Reza waktu itu.
"Bayangan besar, bergerak di tengah laut," jawab Pak Joyo. "Dan yang paling menyeramkan… katanya ada suara yang memanggil namanya."
Reza merinding mengingat cerita itu. Tapi sebelum ia sempat mundur, sesuatu bergerak di kejauhan.
Sosok pria berbaju compang-camping berdiri di atas air, rambutnya basah menutupi wajah. Ia melangkah perlahan, seolah laut bukanlah air, melainkan tanah yang bisa dipijak.
“Rangga…” bisik Reza.
“Ssst!” Rangga mencengkeram lengan sahabatnya.
“Jangan bergerak.”
Pria itu berhenti di depan pagar laut. Perlahan, kepalanya terangkat.
Sepasang mata kosong menatap mereka.
Malam semakin larut. Ombak semakin beringas.
Lalu, suara itu terdengar.
“Reee…zaaa…”
Reza tersentak. Tubuhnya membeku.
“Rangga, kau dengar itu?” bisiknya ketakutan.
Rangga tak menjawab. Matanya membelalak ke arah sosok di pagar laut. Wajahnya pucat. Bibirnya gemetar.
“Raaaaanggaaa…”
Kali ini, suara itu lebih dekat. Seperti seseorang yang berbisik tepat di telinga mereka.
Rangga tiba-tiba bergerak sendiri. Langkahnya tertuju ke arah pagar laut.
“Rangga! Hei! Jangan ke sana!” Reza berusaha menariknya, tapi seolah ada kekuatan tak terlihat yang menyeret sahabatnya ke laut.
Sosok itu mengangkat tangan, seakan memanggil Rangga.
Dalam sekejap, tubuh Rangga menembus pagar besi berkarat dan jatuh ke laut.
“RANGGAAA!”
Reza berlari mendekat. Tapi saat ia sampai di pagar, tak ada siapa pun.
Hanya gulungan ombak yang berdebur di bawah sana.
Dan sosok misterius itu telah lenyap.
Tiga hari kemudian, Rangga ditemukan terdampar di pantai desa sebelah.
Ia masih hidup. Tapi ada yang berbeda.
Tatapannya kosong. Ia tak berbicara, tak merespons siapa pun. Ia hanya duduk diam, menatap ke laut.
Saat orang-orang mencoba membawanya ke rumah, ia berbisik pelan.
“Mereka akan datang…”
Malam itu, Reza terbangun oleh suara ketukan di jendela kamarnya.
Tok… Tok… Tok…
Dengan napas tertahan, ia menoleh.
Di balik kaca jendela, seseorang berdiri diam.
Matanya kosong.
Pakaiannya basah kuyup.
Dan suara itu terdengar lagi.
“Reee…zaaa… giliranmu…”