Cerpen Siti Nur Aisyah Muthiiatun
| (Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)
Berawal dari suatu kisah: Februari. Awal mula liburan semester musim dingin hanya berlangsung selama satu bulan. Rasanya jiwa raga ini tertampar dengan banyaknya deraian motivasi yang kian hari ia temui selama bermain ponselnya. Betul, lebih tepatnya scroll media sosial tanpa henti membuat jenuh hari demi hari. Lantas, apakah ada hal yang bisa dilakukan? Mata kerap kali melirik ke layar ponsel, dan jari jemari sering kali mengetikan hal-hal inspiratif. Ketika tertarik dengan kata “Produktif” namun, esoknya healing sehari pada saat cuaca terik kala itu.
“Ahh… rasanya tenang ketika disini ternyata. Rupanya jogging sendirian lebih tenang dan nyaman.” ucap Raini setelah satu putaran jogging mengelilingi taman. Ponselnya tetap ia bawa dan sekilas hanya melihat waktu. Ternyata kata Produktif yang menaungi pikirannya hanya mudah diucapkan namun sulit dilakukan. Tujuh hari pertamanya konsisten dengan jogging di pagi hari apabila cuaca mendukung. Sekilas Raini tertarik dengan hal lainnya seperti memasak, menggambar, menulis, dan membaca. Mengisi waktu luangnya dengan hal-hal produktif sempat membuatnya melupakan ponselnya yang ia telah anggap sahabatnya. Begitulah derita generasi Z yang melek teknologi sedari bangun tidur hingga mau tidur kembali. Dua puluh empat jam sehari terasa kurang baginya.
Raini Febriyanti, kerap disapa Raini seorang mahasiswi muslimah semester 4 yang saat ini tengah menikmati kehidupannya di masa-masa liburan semesternya. Ia menemukan suatu hikmah kehidupan selama ia memasuki jenjang perkuliahan.
Raini chattingan bersama teman sebayanya: “Tira kamu ada informasi menarik gitu enggak tentang menulis?” (ia menanyakan hal-hal yang memicu semangatnya kembali yaitu dengan hobinya menulis).
Ting.. Tira merespon: “Hmm… sepertinya ada informasi lomba gitu, kamu mau ikut Ra?”
Raini: “Wahh lomba apa tuh? boleh dong share infonya hehe.”
Tira share informasi menarik terkait tulis menulis dan mengirimkan motivasi semangat bagi Raini yang terkadang badmood haha.
Raini: “Lomba Karya Ilmiah, lomba essay.. hmm.” (dalam hati ia bingung ingin mengikuti yang mana karena ia tertarik semuanya).
Tira: “Gimana? Informasinya sesuai enggak dengan yang kamu cari Ra?”
Raini: “Ehh iya sesuai, mau ikut semua.” (emot senang tapi kini membuatnya bimbang)
Tira: “Xixi, semangat Ra. Ikut aja sesuai kemampuan kamu. Jangan dipaksakan ya. Good luck.”
Raini: “Thanks Tira.”
Setelah Tira menginformasikan semua lomba yang tengah bertebaran dimana-mana. Kini Raini membaca satu per satu persyaratan lombanya yang sesuai dengan kemampuannya untuk mengisi waktu luangnya di liburan tersebut. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengikuti beberapa lomba fotografi online dan cipta puisi. Semangatnya kian membara dengan prinsipnya yang produktif di berbagai hal apapun itu. Kalah menang ia sudah terbiasa sejak ia di bangku sekolah dasar. Kini rasanya bukan mengejar kemenangan belaka, akan tetapi ia mengejar target di waktunya harus ada waktu luang yang ia sempatkan untuk produktif salah satunya dengan mengikuti lomba. Raini sesuai dengan namanya hujan pun sering kali turun menaungi bumi, dan membasahi semua alam semesta tanpa henti di bulan Februari ini.
Raini pun mengajak Tira bepergian menjelajahi alam semesta disaat teriknya matahari menyinari bumi. Mereka berdua menganggapnya healing, mengistirahatkan sejenak hiruk pikuk kesibukan yang sedang dijalani. Di tengah-tengah kesempatan, Raini pun memotret beberapa dedaunan dan sekitarnya di lokasi Wisata Pagar Laut. Laut yang indah dengan langit nan biru cerah, menjadikan pikiran mereka sangat tenang. Raini memotret Tira yang terkadang iseng mengganggunya, sungguh Raini berbakat dalam bidang fotografi. Hal itu menjadikan ia sebuah hobi semenjak ia memasuki jenjang perkuliahan dan masuk di organisasi divisi media. Tira berkata: “Raini coba lihat hasil potretnya.” Raini pun membuka album galeri di ponselnya, meski masih memakai kamera ponsel ternyata skill yang dimilikinya setara dengan senior-nya. Tira pun puas dengan hasil potretnya di hari itu, dan mereka berdua pun menikmati keindahan Wisata Pagar Laut yang berada di kota Senja. Senja pun hadir menutupi hari tersebut. Alhamdulillah, agenda potret memotret telah usai demi perlombaan fotografi yang Raini ingin mengikutinya.
Keesokkan harinya Raini mulai memilah foto dan mengeditnya, satu demi per satu ia mengikuti persyaratan lombanya apa saja yang harus ia lakukan. Sembari mengedit foto, ia pun iseng menulis puisi untuk perlombaan cipta puisi, karena Februari bulan hujan dan suasananya sangat merindukan banyak hal, Raini menuliskan kata satu atau dua bait puitis yang ternyata banyak hal yang terukir dalam kehidupan Raini selama ini. Banyaknya cerita yang ia pendam, banyaknya kisah suka dan duka yang telah ia lewati semasa di bangku perkuliahannya. Ada kalanya ia tidak bisa menceritakan semuanya kepada Tira, meski sahabat dekatnya ia lebih memendamkan semua rasa apa yang ia rasakan sehingga terbitlah berbagai kisahnya tercantumkan dalam sebuah karya yang ia ciptakan. Puisi yang ia tulis berjudul “Menapaki Rasa di Syahdunya Wisata Pagar Laut.” Sedari judul ia bukan hanya sekedar mengikuti perlombaan, melainkan ia menciptakan puisi tersebut untuk mengenang semua kenangan indahnya bersama sahabatnya Tira.
“Menapaki Rasa kala itu
Laut biru nan indah aku bersaksi
Jilbabmu berwarna krem kecoklatan mengingatkanku
Akan semua kebaikanmu di setiap saat”
Satu bait puisi yang ia tulis, rasanya sungguh bermakna ia menyembunyikan sesuatu yang ia tak pernah ceritakan kepada siapapun itu. Ting... ting… notif WhatsApp dari Tira pun berbunyi dan Tira mengingatkan deadline lomba yang Raini ikuti agar tidak ketinggalan dan kelupaan submit karyanya. Sedari awal memang Raini disupport banget oleh sahabatnya Tira. Tira dengan berbagai kesibukan lainnya selalu mengingatkan Raini akan hal-hal positif. Rupanya begitulah rasanya ada teman yang saling mensupport satu sama lainnya dan tidak pernah tersaingi karena saingan sebenarnya adalah ada pada diri kita sendiri. Rembulan kisah di hari libur mereka cukup senyap namun produktif dengan berbagai hal positif lainnya yang mereka ikuti sesuai minatnya masing-masing.
Raini pun mengumpulkan hasil karyanya lomba fotografi dan cipta puisi. Sekali lagi, ia lebih mementingkan momen berharganya melalui karya, dan meluapkan semua emosinya melalui karya agar tidak terjadi kesalahpahaman dan pertentangan antara ia dan sahabatnya Tira. Dari kisah inilah, dapat diambil hikmahnya bahwa persoalan menang maupun kalah dalam perlombaan adalah hal yang wajar. Namun, mengapa kerap kali hati ini masih berharap bahwa akan menang di ujung akhirnya? Terkisahkan sudah seorang sahabat yang saling support mensupport akan hal positif menjadikan kita akan terus berjalan di rute jalan menuju ridho-Nya, meski kerap kali perjalanan harus melalui berbagai rintangan dan tantangan serta begitu panjang ketika menelusurinya.
Saat pengumuman lomba pun tiba, Raini tak berharap apa-apa dari hasil karya yang ia ciptakan, untungnya ia memiliki seorang sahabat yang senantiasa selalu membaca tulisannya dan menikmati fotografi yang ia edit kala itu. Alhamdulillah, setelah deg-degan melihat storygram penyelenggara lomba, ia ternyata menang mencapai juara 1 lomba fotografi yang dimana objek utamanya Tira sedang berpose melihat pemandangan laut dengan ombak yang tenang, kemudian juara 2 lomba cipta puisi yang dimana ia sungguh menikmati liburan semesternya.