Saturday, March 8, 2025

Cerpen Lomba | Sumadi Dhiak | Nyanyian Ombak yang Membungkam

Cerpen Sumadi Dhiak



(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)


Pak Raden adalah sosok nelayan dan penjaga laut, ia hidup Bersama cucunya bernama Rina yang memiliki bakat berenang. Sejak kecil ia hidup Bersama kakeknya yang tinggal di pesisir pantai. Pak Raden tidak hanya sebagai seorang nelayan biasa, sampai saat ini ia masih memegang teguh kepercayaan tradisi lisan untuk menjaga ekosistem laut yang sudah turun-temurun dari nenek moyang. Semua itu dilakukan karena sejak dahulu kehidupan masyarakat bergantung pada hasil laut. Tradisi tersebut dilakukan tak hanya untuk menjaga ekosistem laut melainkan juga sebagai ucapan rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan. 


Pak Raden sebagai tokoh masyarakat yang dituakan, selalu memimpin tradisi yang mereka gelar setiap setahun sekali sehabis panen besar. Banyak sekali uborampe dan kebutahan yang digunakan untuk melakukan tradisi tersebut. Meskipun sudah hidup di zaman modern masyarakat sekitar tidak mau kehilangan identitas budayanya yang sudah ada terlebih dahulu semenjak nenek moyang mereka. Oleh sebab itu, sampai saat ini mereka masih memegang teguh dan menjalankan tradisi tersebut. 


Masyarakat percaya bahwa dengan mempertahankan tradisi tersebut merupakan salah satu bentuk menjaga alam dan rasa terima kasih kepada laut sebab sudah menyediakan sumber kehidupan. Mereka tidak mau, meskipun sudah zaman modern kemudian tradisi tersebut sampai hilang, dan mereka percaya akan terjadi kemarahan dari alam. Sebab hubungan tradisi ini dengan alam sudah ada terlebih dahulu jauh sebelum mereka tinggal. Terdengar sedikit mistis namun, masyarakat pinggiran laut sudah terbiasa dengan adanya tradisi tersebut. 


Hingga suatu Ketika ada seorang konglomrat yang ingin berinvestasi di sekitar laut yang akan mendirikan resort di sekitar laut. Konglomart tersebut bernama Pak Andi, ia tertarik mendirikan resort di sekitar laut sebab melihat kekayaan dan potensi yang ada di laut dan sekitarnya. Potensi dalam laut yang terbukti semenjak nenek moyang berhasil menghidupi masyarakat begitu pula keindahan terumbu karang dan bebatuan karang di pesisir pantai yang akan menjadi nilai jual resort nantinya. Itulah yang ada di dalam pikiran Pak Andi. Selain berencana mendirikan resort, ia juga ingin membuat pagar laut untuk memanfaatkan hasil dalam laut yang akan mendukung bisnisnya. 


Masyarakat mulai mendengar hal tersebut, mereka menunjukan mosi menolak pendirian resort di lingkungan laut dan pembangunan pagar laut. Ini adalah petaka bagi desa mereka yang bisa kehilangan mata pencaharian. Para nelayan yang dipimpin oleh Pak Raden, tidak setuju dengan adanya resort dan pagar laut yang tak hanya menghilangkan mata pencaharian masyarakat namun juga, akan berakibat rusaknya ekosistem laut. 


Dengan terobsesinya Pak Andi menjadikan laut tersebut sebagai ladang bisnis, ia tak tanggung-tanggung akan mengupayakan dengan cara apapun. Hal tersebut membuat para warga semakin muak dengan ide gilanya Pak Andi. Warga dengan dipimpin Pak Raden menolak secara keras dengan adanya pembagunan resort dan pagar laut yang hanya mengutungkan bisnis gilanya. Hal ini memicu terjadinya konflik antara warga dan Pak Andi terutama dengan Pak Raden yang selama ini menjadi tokoh yang dituakan masyarakat. Ini tidak hanya konflik tentang bisnis namun rupanya Pak Andi memiliki hubungan saudara dengan Pak Raden. Mereka sudah lama bersitengang permasalahan keluarga.


Hal ini membuat Rina dilanda dilema, ia bingung harus bagaimana melihat akan adanya pembangunan resort dan pagar laut disatu sisi ia juga dilanda dilema atas loyalitas terhadap kakek dan warga. Namun, Rina setuju dengan pembangunan laut tersebut sebab untuk mengajak warga melakukan hidup modern. Rina tidak berani berbicara apapun terhadap kakeknya. Begitupula sebaliknya, Pak Raden juga tidak berbicara apapun kepada Rina. Pak Raden tidak mau jika Rina mengetahui yang sebenarnya. 


Keinginan Rina sejak dulu sebenarnya adalah membangun laut dengan cara modern. Kesempatan itu berada di depan mata, dengan hadirnya Pak Andi yang menawarkan kerja sama untuk membangun resort dan pagar laut. Namun, pilihan ini terlalu berat bagi Rina. Ia tak mungkin menerima begitu saja tawaran tersebut, ia juga dilanda dilema akan loyalitas terhadap kakeknya. Sebenarnya ini adalah kesempatan yang bagus untuk membangun laut dengan cara modern, akan tetapi warga tidak ingin kehilangan begitu saja mata pencahariannya dan tetap ingin menjaga kelestarian laut.  


Hingga kini Rina belum bertegur sapa dengan sang kakek, ia takut dan ragu jika apa yang ada di dalam pikirannya diketahui oleh sang kakek. Begitu pula sebaliknya, Pak Raden juga memiliki ketakutan jika Rina mengetahui siapa Pak Andi sebenarnya. Hal tersebut, membuat suasana semakin dingin dan kaku. 


Konflik antara Pak Andi dan Pak Raden pun mencapai puncaknya. Warga desa terpecah menjadi dua kubu, ada yang mendukung pembangunan dan ada yang menolak. Rina berada di tengah-tengah konflik ini, terjebak antara kesetiaannya kepada kakeknya dan keyakinannya akan kemajuan desa. Pada akhirnya, Rina menyadari bahwa ia harus mencari cara untuk mendamaikan kedua belah pihak dan menemukan solusi yang terbaik untuk semua orang.


Pak Raden mondar-mandir di ruang tamu, keringat dingin membasahi dahinya. Ia harus menemukan cara untuk mencegah Pak Andi bertemu Rina. "Tidak, ini tidak boleh terjadi," gumamnya, suaranya bergetar. "Rina tidak boleh tahu kebenaran ini."


Ia teringat sebuah kotak tua yang disimpannya di loteng. Di dalamnya terdapat surat-surat dan foto-foto lama, bukti masa lalunya dengan ibu Rina. Mungkin ada sesuatu di sana yang bisa ia gunakan.


Dengan langkah tergesa, Pak Raden naik ke loteng yang berdebu. Ia menggeledah kotak itu, hatinya berdebar kencang. Setelah beberapa saat, ia menemukan sebuah foto lama, foto seorang pria yang sangat mirip dengan Pak Andi, tetapi dengan pakaian yang berbeda.


"Ini dia," bisik Pak Raden, matanya berbinar. Ia memiliki ide.


Keesokan harinya, Pak Raden menemui Pak Andi di sebuah kafe. Ia menunjukkan foto itu kepada Pak Andi. "Lihat ini," katanya, suaranya mantap. "Pria ini, dia adalah ayah Rina. Dia sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu."


Pak Andi terkejut, matanya membelalak. Ia menatap foto itu, lalu menatap Pak Raden. "Tidak mungkin," katanya, suaranya serak. "Aku ayahnya."


"Kau salah," kata Pak Raden, suaranya tegas. "Kau hanya mirip dengannya. Rina tidak membutuhkan orang asing yang mengaku-ngaku sebagai ayahnya."


Pak Andi terdiam, pikirannya berkecamuk. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres, tetapi ia tidak tahu apa. Ia menatap Pak Raden, matanya penuh curiga.


"Apa maumu?" tanya Pak Andi.


"Aku hanya ingin melindungi Rina," jawab Pak Raden, suaranya lembut. "Dia sudah bahagia bersamaku. Jangan hancurkan kebahagiaannya."


Pak Andi terdiam lagi, lalu menghela napas panjang. "Baiklah," katanya, suaranya lesu. "Aku akan pergi. Tapi aku akan kembali. Aku akan mencari tahu kebenaran ini."


Pak Raden menghela napas lega. Ia tahu ini hanya kemenangan sementara, tetapi setidaknya ia berhasil mengulur waktu. 


Meski ada penolakan dari warga Pak Andi tetap saja nekat membangun proyeknya, dengan diam-diam Rina adalah sosok di balik berhasilnya Pak Andi membangun proyek. Ia berhasil menyakinkan warga dengan ia sebagai jaminannya. Namun, ternyata diam-diam menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya dalam proses pembangunan pagar laut. Bahan-bahan tersebut tidak hanya merusak terumbu karang, tetapi juga mencemari air laut, mengancam kehidupan biota laut dan tradisi masyarakat sekitar.


Hati Rina bergejolak. Ia merasa dikhianati dan kecewa. Dengan hati-hati, Rina mengumpulkan bukti-bukti pelanggaran yang dilakukan Pak Andi. Ia mengambil foto dan video kondisi terumbu karang yang rusak, serta mencatat jenis-jenis bahan kimia yang digunakan. Setelah bukti-bukti terkumpul, Rina menemui kepala desa dan beberapa tokoh masyarakat untuk melaporkan temuannya.


Pak Andi dipanggil untuk dimintai keterangan. Ia tidak bisa mengelak dari bukti-bukti yang ada. Dengan berat hati, ia mengakui kesalahannya. Ia menjelaskan bahwa ia terpaksa menggunakan bahan-bahan kimia tersebut karena terdesak oleh target penyelesaian proyek yang ketat. Ia berjanji akan bertanggung jawab dan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.


Masyarakat desa tidak langsung menerima permintaan maaf Pak Andi. Mereka merasa dikhianati dan khawatir akan dampak jangka panjang dari perbuatannya. Namun, setelah melalui mediasi yang panjang, akhirnya dicapai kesepakatan. Pak Andi bersedia untuk menghentikan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya, membersihkan area yang tercemar, dan memulihkan terumbu karang yang rusak. Ia juga bersedia untuk memberikan kompensasi kepada masyarakat desa atas kerugian yang mereka alami.


Suatu hari, Rina secara tidak sengaja menemukan sepucuk surat tua di antara barang-barang Pak Raden. Surat itu berisi pengakuan dari seorang pria bernama Andi, yang ternyata adalah ayah kandung Rina. Dalam surat itu, Andi mengungkapkan penyesalannya karena telah meninggalkan ibu Rina saat mengandungnya.


Rina sangat terkejut dan kecewa. Ia tidak menyangka bahwa Pak Andi, pria yang selama ini ia kagumi dan hormati, adalah ayah kandungnya. Rina juga merasa marah kepada Pak Raden karena telah menyembunyikan kebenaran ini darinya.


Dengan hati yang berat, Rina menemui Pak Raden dan menanyakan tentang surat itu. Pak Raden, dengan wajah sedih, akhirnya menceritakan semuanya. Ia menjelaskan bahwa Pak Andi dulu adalah seorang pria muda yang tidak bertanggung jawab. Ia meninggalkan ibu Rina saat mengandung karena takut akan tanggung jawab sebagai seorang ayah.


Rina mendengarkan cerita Pak Raden dengan air mata berlinang. Ia mengerti alasan Pak Raden menyembunyikan kebenaran ini, tetapi ia tetap merasa kecewa. Ia merasa berhak untuk tahu tentang ayahnya, meskipun masa lalunya tidak sempurna.


Setelah beberapa hari merenung, Rina memutuskan untuk menemui Pak Andi. Ia ingin mendengar penjelasan langsung dari ayahnya dan mencari tahu mengapa ia tega meninggalkan ibunya. Pertemuan Rina dan Pak Andi berlangsung penuh emosi. Pak Andi mengakui kesalahannya dan mengungkapkan penyesalannya yang mendalam. Ia menjelaskan bahwa saat itu ia masih muda dan takut akan tanggung jawab. Ia sangat menyesal karena telah menyakiti ibu Rina dan tidak hadir dalam kehidupan Rina.


Rina mendengarkan dengan seksama. Ia melihat ketulusan di mata Pak Andi dan akhirnya bisa memaafkannya. Ia mengerti bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan, dan yang terpenting adalah belajar dari kesalahan itu dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Rina memutuskan untuk membangun hubungan dengan Pak Andi, meskipun tidak akan pernah bisa menggantikan waktu yang telah hilang. Ia juga berterima kasih kepada Pak Raden karena telah merawatnya dengan penuh kasih sayang selama ini.