Saturday, March 15, 2025

Cerpen Lomba | Novi Dwiwulan Adinda | Rey dan Mila


Malam itu terdengar suara-suara sorakan juga tawa yang berlangsung di atas perahu. disana terlihat remang-remang cahaya yang berkilau. meski sebagian nelayan sudah pulang dengan hasil tangkapannya, lampu kuning yang tergantung di perahu-perahu itu masih menerangi aktivitas mereka.

Tersebutlah Rey dan kedua temannya yaitu Aldan dan Zain, mereka bertiga sudah selesai beberapa menit lalu. ketiganya mengeluh saat mendapati jaring mereka putus karena ditarik kuat.

pemuda-pemuda dikampumg mereka memang selalu antusias dalam bekerja, namun kecerobohan juga sering kali terjadi.

"Bagaimana ini ?, kita tidak bisa menjaring ikan lagi besok." ucap Aldan lalu ikut duduk di samping Rey.

"Besok akan ku perbaiki" jawab Rey sambil meletakkan puntung rokoknya lalu menyeduh segelas kopi.

"bagus Rey kau memang teman yang bisa diandalkan?" kata Aldan sambil menepuk-nepuk belakang Rey. Rey hanya tersenyum sambil kemudian mendayung perahunya.

"cepatlah Rey" Zain berteriak. namun perahu tetap berjalan pelan menuju tepi pantai. "Hei kalian tahu tidak, kalau nanti laut kita tidak akan terkikis lagi lho" ujar Zain pada

Rey dan Aldan yang hanya diam.

"caranya?" selidik Aldan penasaran. "kita lihat saja nanti" jawab Zain.

Rey yang hanya terus mendayung perahu itu tidak ikut bicara. pikirannya jauh dari tempat itu. Di Usianya yang kini memasuki 30 tahun harus menyimpan sendiri masalahnya. istri yang sedang hamil 6 bulan adalah yang paling menjadi pikirannya saat itu, baginya mengeluh pada sahabat sendiri itu tidak mungkin ia lakukan. hingga ia ingat dengan janji dari kawan

lamanya dua hari lalu.

"kalau kau butuh pekerjaan, kau bisa ikut denganku Rey" ucap Yanto. membuat Rey menoleh dengan mata berbinar tak percaya.

"ya aku sangat mau, lalu apa pekerjaannya To?" tanya Rey antusias. "minggu depan akan kukabari, tunggu saja oke" jawab Yanto lalu berjalan

meninggalkan Rey. mendengar itu Rey seperti mendapatkan harapan baru.

"hei, jangan melamun saja. kita sudah sampai ini" Zain menepuk pundak Rey,

lamunannya seketika buyar. mereka akhirnya pulang berjalan terpisah arah sambil menenteng ember berisi ikan-ikan. Belum sempat masuk kedalam rumah, Rey tersentak saat mendengar suara seorang perempuan terbatuk-batuk.

"Mila, apa yang kau lakukan disini?" tanya Rey saat mendapati istrinya diluar.

"aku lupa mengangkat jemuran bang" jawab istrinya itu lalu melangkah masuk. Rey hanya menggeleng dan mengikuti Mila dari belakang. sambil duduk, dilihatnya istrinya itu dengan penuh perhatian, sesekali pula tersenyum lembut.

"Mila" kata Rey kemudian saat melihat wanita itu mengambil kain. Mila pun menoleh pada Rey.

"ada apa bang?"

"duduklah didekatku, ada yang ingin abang bicarakan denganmu" Rey menepuk bangku yang ada disampingnya.

"iya bang, abang mau Mila buatkan kopi?"

"tidak Mila, nanti saja" jawab Rey lalu menarik nafas saat melihat istrinya masih mengambil kain lagi.

Rey yang menunggu lama itu akhirnya tertidur di ruang tengah.

Rey memang bukan terbilang lelaki pengangguran, ia hanya sedang dilanda krisis pada pakan ternak ikan yang ia jalankan saat itu. tak ada yang salah jika Rey mencari pekerjaan sampingan untuk menunjang hidup mereka.

beberapa jam kemudian Mila mendekati Rey.

"abang" suara Mila pelan. wanita itu lalu memegang kening Rey dengan perlahan. ia kaget saat merasakan hangat pada kepala suaminya. tiba-tiba Rey bergerak.

"Mila" Rey mengucek matanya.

"apa kau sudah selesai dengan pekerjaanmu?" lanjutnya lagi. "belum bang" jawab Mila singkat.

"Ha?, kapan kau ada waktu untuk abang?"

"kalau kau ingin menjemur, kan bisa kau lakukan besok Mila" lanjut Rey lagi dengan

emosi.

"bagaimana maksud abang?, ini kan sudah pagi bang" ucap Mila karena kebingungan

lalu langsung beranjak masuk ke dapur.

"ternyata benar ini sudah pagi" ucapnya lirih sambil menepuk jidatnya.

ia pun mencari-cari Mila, berniat untuk meminta maaf. Rey sangat takut bila mereka tidak saling bicara lagi.

"Tok ... tok ... tok ..." langkah kaki Rey terhenti saat mendengar suara pintu rumahnya diketuk. segera ia kedepan untuk membukanya.

"Bapak, aku pamit sekolah dulu ya" suara seorang anak kecil meraih tangannya. Rey terperangah. ia seolah baru ingat pada anaknya itu.

ia tak menyangka telah melihat bayi yang kini sudah tumbuh besar berusia 7 tahun. karena tak menemukan istrinya di belakang rumah, ia pergi menuju empang yang berada tak jauh dari rumahnya.

Kedatangannya langsung disambut oleh ikan yang menari kesana-kemari. saat

matanya tengah asyik memperhatikan hewan air tawar itu tiba-tiba ia kaget melihat seorang wanita sedang duduk sambil menangis di pinggir empang.

"Mila" ia baru menyadari bahwa wanita itu tak lain adalah istrinya. seketika ia melangkah cepat kesana.

"maafkan sikap abang tadi ya" ucap Rey sambil mendekapnya dari samping. wanita itu hanya diam saja namun beberapa saat Rey merasakan usapan lembut di tangannya.

"aku telah memaafkanmu bang"

"terima kasih sayang, jadi apa yang kau lakukan disini sayang?" tanya Rey sambil tatapannya ke kolam ikan.

"Mila hanya memberikan sedikit makanan untuk ikan-ikan kita bang" kata Mila lalu

melepas dekapan tangan Rey. Rey tersenyum mendengar ucapan istrinya, ia sangat bersyukur telah menikahi wanita seperti Mila.

"lalu apa yang ingin abang bicarakan semalam bang?" tanya wanita itu sambil mengusap air mata di pipinya. Rey hanya menggeleng tak menjawab, bukan karena merasa aneh, ia jadi tak bisa berkata-kata lagi.

"kita tunggu kabar baik dari kawan abang ya" jawab Rey kemudian.

"oh ya sayang, kalau kau ingin makan ikan, ambil saja yang di empang untuk sayur kita nanti" lanjut Rey lagi saat melihat Mila beranjak pergi.

"Mila tadi subuh sudah memasak kok bang". Jawaban wanita itu membuat Rey tak sabar ingin melihatnya langsung.

Saat di dapur ....

"ini ikan yang abang bawa tadi malam" ucap Mila sambil menyendokkan nasi dan sayur ke piring Rey.

Rey tersenyum melihat sajian pagi itu, dimana ada ikan goreng rica-rica, sayur asam dan pecak ikan, semua serba ikan tak lupa dengan sagu panggang favorit mereka.

Ya dikampung memang sudah terbiasa menjadikan sagu sebagai pengganti makanan pokok.

Tak beberapa lama Rey akhirnya duduk bersandar kedinding dapur karena kekenyangan. "Makasih ya sayang" ucap Rey kepada Mila. dipeluknya lagi istrinya itu dengan penuh

cinta, sambil mengusap pelan perut buncit wanita itu.

"abang ingin anak kita perempuan sayang" bisik pelan Rey. wanita itu hanya tersenyum mendengarnya.

***

Seminggu kemudian, seperti yang dijanjikan Yanto kawan lamanya malam itu. Yanto benar-benar datang langsung di pinggir pantai tempat dimana Rey bekerja sebagai nelayan. suara ombak sesekali mengiringi perbincangan mereka.

"Kalau kau ingin bekerja sama, kau bisa langsung menandatangani surat kontrak ini" ucap Yanto sambil memberikan map merah.

"Apa ini Yanto?" tanya Rey setelah membaca isinya.

"Ya ini adalah pekerjaannya, sudah banyak orang disini yang menandatanginya" "tidak, mana mungkin aku ikut serta merusak alam ini" ucap Rey tiba-tiba. Rey berlari

meninggalkan kawan lamanya itu. langkahnya kini tak beraturan. hatinya seketika hancur. rupanya benar dengan isu yang sempat didengarnya waktu itu bahwa akses menuju laut di daerahnya akan ditutup. ia emosi sambil memukul keras-keras dinding rumahnya.

"bang" suara Mila istrinya mendekat.

"biarkan abang sendiri dulu dek" ucap Rey dengan tegas, ia tak menyangka jika pekerjaan yang dijanjikan sahabatnya itu adalah proyek seburuk itu. meski menguntungkan tapi resikonya sangatlah besar.

Pagi-pagi sekali ia berjalan menuju bebatuan yang terjal, untuk menyaksikan orang-orang yang berdatangan di pantai.

"Rey, apa yang harus kita lakukan Rey,?" suara salah seorang temannya datang.

"kita harus melapor kepihak berwajib, ini sudah tidak benar" jawab Rey masih melihat kearah pantai.

Rey yang tidak terima kemudian datang langsung kesana.

"hei apa yang kau lakukan?" suara seseorang berteriak saat melihat Rey berlari menendang-nendang kawat yang tersusun rapi.

"seharusnya aku yang bertanya, apa yang kalian lakukan di wilayahku" kata Rey tak mau kalah.

"haha dia pikir pantai ini hanya milik dia saja, pukul dia" teriak salah satu dari mereka. Yanto yang baru datang itu langsung berlari menolong Rey yang kini dipukuli oleh beberapa orang.

"stop-stop, maafkan teman saya" perkataan Yanto tak dihiraukan. namun Rey berhasil kabur dengan wajah yang sudah membiru. ia segera menuju rumahnya.

"Mila, sembunyilah. jangan buka pintu jika ada yang berteriak di luar" ucap Rey sambil memegang wajahnya yang sakit. Mila yang sedang mencuci piring itu hanya menurut saja.

"aku hanya berharap supaya proyek itu segera dibatalkan" ucap Rey sambil mengunci pintu dapurnya.

"apa yang terjadi pada wajah abang?" kata Mila saat mendekati Rey.

"ini urusan laki-laki, kau jangan pikirin abang yah" ucap Rey lalu keluar menuju pintu depan.

Sementara di pinggir pantai, sudah banyak orang yang berdatangan untuk memulai bekerja. kawat-kawat sudah berdiri kokoh dengan cepatnya. belum sempat dilapisi dengan semen,

suara mobil keamanan datang mendekat. Rey antusias melihat ke arah pantai itu.

"lihatlah Rey, ternyata itu yang dimaksud Zain kemarin" ucap Aldan berjalan mendekati Rey.

"Kita jangan mau dibodohi dengan iming-iming uang" ucap Rey.

"Ya tentulah Rey, kalau jalan menuju laut ditutup sudah jelas pekerjaan kita sebagai nelayan yang akan terhambat bukan?" Aldan mendukung Rey, sementara Zain hanya terdiam. Tak lama kemudian seorang bapak dari kantor polisi berjalan menuju ketiganya.

"selamat siang, kami dari pihak kepolisian mengucapkan terima kasih kepada saudara Rey karena telah melaporkan operasi ilegal ini" ucap lelaki itu lalu meninggalkan mereka. tampak beberapa orang yang terlibat pemagaran laut itu telah ditangkap termasuk Yanto.

Tiba-tiba Mila menghambur pelukan kearah Rey.

"abang ... aku telah merasa cukup dengan pekerjaan abang sebagai nelayan. jadi jangan lagi mencari pekerjaan sampingan ya bang ..." mendengar ucapan Mila, seketika membuat Rey menitikkan air mata karena haru.

"iya sayang, itu pasti" jawab Rey. lalu memeluk Mila dengan erat. suasana kini kembali damai, semua nelayan antusias bersorak gembira menyebut nama Rey, Rey dan Rey.