Saturday, March 15, 2025

Cerpen Lomba | Nurul Aqla | Pagar Laut dan Kenangan


Desa Pantai Indah terletak di tepi pantai yang indah dan tenang. Desa ini dikelilingi oleh pagar laut yang menjulang tinggi dan kuat, melindungi desa dari ombak besar dan badai yang sering melanda pantai. Aku tinggal di desa ini sejak aku masih kecil. Aku suka bermain di pantai, menikmati angin laut yang sejuk dan melihat ombak yang bergemuruh. Pagar laut itu menjadi teman baikku, menjadi saksi atas semua kejadian yang terjadi di desa ini.

        Suatu hari, aku bertemu dengan seorang gadis yang bernama Lestari. Lestari adalah putri seorang nelayan yang meninggal di laut beberapa tahun yang lalu. Lestari memiliki mata yang biru dan rambut yang panjang dan hitam. Dia memiliki senyum yang manis dan suara yang lembut.


"Halo, aku Lestari," kata Lestari dengan senyum manis.


"Halo, aku Arin," jawabku dengan tersenyum.

   

       Kami berdua menjadi teman baik dan suka bermain di pantai bersama. Kami berdua suka menikmati angin laut yang sejuk dan melihat ombak yang bergemuruh. Pagar laut itu menjadi saksi atas semua kejadian yang terjadi di desa ini. Kami berdua suka berjalan di sepanjang pantai, menikmati keindahan alam yang ada di sekitar kami. Kami berdua suka berbicara tentang impian dan harapan kami. Kami berdua suka tertawa dan bermain bersama.


        Tapi, ada satu hal yang membuat kami berdua menjadi terpisah. Lestari harus meninggalkan desa ini karena ayahnya telah meninggal dan ibunya harus merawat adiknya yang masih kecil. Lestari harus pergi ke kota untuk mencari pekerjaan dan membiayai hidup adiknya.


"Arin, aku harus pergi," kata Lestari dengan air mata yang mengalir.


"Aku tahu, Lestari," jawabku dengan tersenyum. "Tapi, aku akan selalu mengingatmu."


"Benarkah, Arin?" tanya Lestari dengan suara yang lembut.


"Benar, Lestari," jawabku dengan sungguh-sungguh. "Aku tidak akan pernah melupakanmu."


"Terima kasih, Arin," kata Lestari dengan senyum manis. "Aku juga tidak akan pernah melupakanmu."


        Lestari pergi ke kota dan aku tetap di desa ini. Aku masih suka bermain di pantai, menikmati angin laut yang sejuk dan melihat ombak yang bergemuruh. Pagar laut itu masih menjadi teman baikku, menjadi saksi atas semua kejadian yang terjadi di desa ini. Tapi, aku tidak pernah melupakan Lestari. 

       Aku masih sering mengingatnya, mengingat senyum manisnya dan suara lembutnya. Aku masih sering berharap bahwa Lestari akan kembali ke desa ini, bahwa kami berdua akan dapat bermain di pantai bersama lagi.Dan suatu hari, harapanku itu menjadi kenyataan. Lestari kembali ke desa ini, dengan senyum manisnya dan suara lembutnya. Kami berdua berpelukan, menangis dan tertawa bersama.


"Arin, aku kembali," kata Lestari dengan senyum manis.


"Aku tahu, Lestari," jawabku dengan tersenyum. "Aku selalu mengingatmu."


"Benarkah, Arin?" tanya Lestari dengan suara yang lembut.


"Benar, Lestari," jawabku dengan sungguh-sungguh. "Aku tidak akan pernah melupakanmu."


Kami berdua kembali bermain di pantai, menikmati angin laut yang sejuk dan melihat ombak yang bergemuruh. Pagar laut itu masih menjadi teman baikku, menjadi saksi atas semua kejadian yang terjadi di desa ini. Dan aku tahu bahwa pagar laut itu akan selalu menjadi saksi atas semua kejadian yang terjadi di desa ini, atas semua kenangan