Puisi Assyifa Chalisa Nainggolan
Tubuh Laut
di retak ombak
semilir pasir pada pantai
langkah patah
seperti cetakan
kelak dihapus
dari tatap terjauh
serupa lengan ibu
menimang bayi
mengusap biru yang tak utuh
di cekung mata
dan gelombang
lebur di pangkal
ke jemari kaki
menyisa jangat
dari lesap matahari
di sebuah sore
tak lagi hangat
2024
Surat Cinta
selembar surat cinta
terbuka di atas meja
aku enggan membacanya
hanya ketakutan yang lahir
setiap rinduku sengat padamu
selembar surat cinta
tertindih bekas mentega
apakah ada ruang tempat aku pulang?
setiap kangen menjerit
tentang pertikaian kita yang sempit
2024
Pusara Kata
ada yang berdiam di kerlip kata
saat puisi terbuka, dan kau membacanya serupa mantra
hanya ada bekas lebam, yang tersisa di lembar kertas
kau bertahan, menampung jejak murung
menghitung rajah kata yang pernah runyam di sengit kulit
melilit sakit
dan kau sibuk merakit perjalanan
rimbun hujan yang pernah berlalu dari tubuhmu
di saat itu, kata seperti rekah yang nyata
kau susun tanpa mesti berhitung akan makna
2024
Semalam Bersama Ibu
lalu kauceritakan masa kanak
tak tanak kudekap
waktu seperti terus melilit tubuhmu
kerutan di wajah, tapi engkau tak pernah tua
ibu matamu adalah pertemuan titik yang jauh
aku yang membungkuk dari cadas waktu
2024
Pertemuan
kami telah menyusun diri masing-masing
remah cakap sekadar
limbung tatap mata dengan sejumlah tanda gemetar
bahkan saat kausantap hidangan
semuanya hanya upacara sedih
lalu percakapan melebar, mengunyah waktu bersama tissue di mulutmu
perlahan dan pasti, begitu banyak kesunyian berdiam
di restoran,
terang cahaya lampu hanya silau kemilau
tak kunjung menuntun
dan kami berkumur dengan minuman
cerita hal biasa
sampai waktu tertidur
dan kami meminta bill, bertanya dalam hati
melangkah lagi, pintu terbuka
masuk ke isi kepala yang telah terkunci di bilangan hari
tanpa ada sedikit rajah yang kaubelah, bagi tubuhku
2024
Solitude
gertap malam
menyeka diam
lidah masam
lepas waktu
menjemput
puisi
begitu sendiri
2024
Anagram
kata melintas di kepala
terjebak di ruang sempit
terjepit tanpa jerit
saling menguatkan
anyam menganyam
pada lubuk doa
menyulam cekam
dan ia butuh rumah
untuk terjaga
sekadar membaca
2024
Kota
kerlipnya selalu terjaga
tak pernah tidur pada mata
pendar cahaya
bagi setiap orang
membawa ilalang
gersang
2024
_______
Penulis
Assyifa Chalisa Nainggolan, lahir di Palembang tanggal 5 Agustus 2006. Saat ini kuliah di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa FKIP Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Puisinya dimuat di berbagai media. Beralamat di Taman Royal 3 Cluster Edelweiss, Jl. Edelweiss X No. 16 RT. 007 RW. 011 Kelurahan Poris Plawad Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Banten 15141.
WA 081517887357