Friday, March 28, 2025

Puisi-Puisi Assyifa Chalisa Nainggolan

Puisi Assyifa Chalisa Nainggolan




Tubuh Laut


di retak ombak

semilir pasir pada pantai

langkah patah

seperti cetakan 

kelak dihapus 


dari tatap terjauh

serupa lengan ibu

menimang bayi

mengusap biru yang tak utuh

di cekung mata


dan gelombang

lebur di pangkal 

ke jemari kaki

menyisa jangat

dari lesap matahari


di sebuah sore 

tak lagi hangat


2024



Surat Cinta


selembar surat cinta

terbuka di atas meja

aku enggan membacanya

hanya ketakutan yang lahir

setiap rinduku sengat padamu


selembar surat cinta

tertindih bekas mentega

apakah ada ruang tempat aku pulang?

setiap kangen menjerit

tentang pertikaian kita yang sempit


2024



Pusara Kata


ada yang berdiam di kerlip kata

saat puisi terbuka, dan kau membacanya serupa mantra

hanya ada bekas lebam, yang tersisa di lembar kertas

kau bertahan, menampung jejak murung


menghitung rajah kata yang pernah runyam di sengit kulit

melilit sakit

dan kau sibuk merakit perjalanan

rimbun hujan yang pernah berlalu dari tubuhmu


di saat itu, kata seperti rekah yang nyata

kau susun tanpa mesti berhitung akan makna


2024



Semalam Bersama Ibu


lalu kauceritakan masa kanak 

tak tanak kudekap

waktu seperti terus melilit tubuhmu

kerutan di wajah, tapi engkau tak pernah tua


ibu matamu adalah pertemuan titik yang jauh

aku yang membungkuk dari cadas waktu


2024



Pertemuan


kami telah menyusun diri masing-masing

remah cakap sekadar

limbung tatap mata dengan sejumlah tanda gemetar

bahkan saat kausantap hidangan

semuanya hanya upacara sedih


lalu percakapan melebar, mengunyah waktu bersama tissue di mulutmu

perlahan dan pasti, begitu banyak kesunyian berdiam 


di restoran,

terang cahaya lampu hanya silau kemilau

tak kunjung menuntun 


dan kami berkumur dengan minuman

cerita hal biasa

sampai waktu tertidur

dan kami meminta bill, bertanya dalam hati

melangkah lagi, pintu terbuka

masuk ke isi kepala yang telah terkunci di bilangan hari


tanpa ada sedikit rajah yang kaubelah, bagi tubuhku


2024



Solitude


gertap malam

menyeka diam

lidah masam


lepas waktu

menjemput 

puisi 

begitu sendiri


2024



Anagram


kata melintas di kepala

terjebak di ruang sempit

terjepit tanpa jerit

saling menguatkan

anyam menganyam


pada lubuk doa

menyulam cekam

dan ia butuh rumah

untuk terjaga

sekadar membaca


2024



Kota


kerlipnya selalu terjaga

tak pernah tidur pada mata

pendar cahaya


bagi setiap orang

membawa ilalang

gersang


2024


_______


Penulis


Assyifa Chalisa Nainggolan, lahir di Palembang tanggal 5 Agustus 2006. Saat ini kuliah di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa FKIP Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Puisinya dimuat di berbagai media. Beralamat di Taman Royal 3 Cluster Edelweiss, Jl. Edelweiss X No. 16 RT. 007    RW. 011 Kelurahan Poris Plawad Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Banten 15141.

WA 081517887357



Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com