Sunday, April 13, 2025

Puisi-Puisi Rudly Abit Ikhsani

Puisi Rudly Abit Ikhsani




Pengabdian


Bersiaplah kawan, di garis pengabdian tanpa tanda jasa,

Di mana lelah hanya jadi cerita yang sirna di senja.

Tak pernah terpikir bagaimana hidup berlanjut,

Namun, hati tetap teguh meski hak sering luput.


Memang kami berseragam biasa, bukan penguasa,

Tapi tuduhan itu datang tanpa rasa.

Kami mendidik tapi dianggap menganiaya,

Apakah kami harus tunduk kepada mereka

Hanya ingin mendisplinkan malah menjadi narapidana


Kami tak berpangkat, dengan upah yang keramat,

Dengan tugas tugas yang diluar akal sehat

Kami duduk di kursi tapi bukan pejabat, bukan juga seorang konglomerat

Kami hanya mengubah menjadi seorang yang hebat


Terkadang lelah menyiksa dan suara hati meronta,

Kami tetap berdiri, meski tanpa balas jasa.

Kami adalah cahaya di lorong gelap penuh asa



Selayar Pendidikan


Seperti berlayar di samudera

Semilir angin mendorong dengan penuh asa

Menuju pulau yang kebahagiaan

Walau badai kadang menggoyahkan harapan


Kendali kapal ada di nahkoda,

Sesat dijalan itu salah mereka.

Angin hanya membawa,

Semua tergantung penguasa.


Hanya ada dua pilihan

Kendalikan kapal menuju yang dimimpikan

Atau harus pupus harapan



Ajar


Jika menulis adalah bekerja untuk keabadian,

Maka mengajar adalah bekerja untuk keabadian.

Tak tertulis dalam deretan nama pahlawan,

Tetapi kami ajarkan agar tercipta sebuah tulisan.


Menjadi cahaya yang tak pernah padam

Untuk menyambung lentera bangsa.

Menembus dalam kegelapan,

Bahkan malam pun tak sanggup meraba.


Suara yang tak pernah kering, bak sungai Nil

Mengalir hingga ke samudera pikiran.

Bahkan debu kapur pun ikut bersenandung

Menyanyikan lagu tentang masa depan



Aksara Nusantara


Aku ingin huruf-huruf ini menjadi jembatan

Menghubungkan bukit-bukit mimpi yang terpisah

Agar anak-anak di pelosok bisa menuliskan langit

Dengan kapur yang tak pernah habis diguyur hujan


Bahkan Laut pun Kamaru hitungan perahu kata-kata

Sebab pendidikan adalah mercusuar abadi

Yang tak pernah padam oleh gelombang zaman

Tetapi akan semakin terang oleh nafsu belajar.


Setiap titik dan koma yang diukir

Akan menjadi bibit pohon pohon pengetahuan

Yang akar akarnya merembet hingga ke desa dan kota

Menyatukan Nusantara untuk kemajuan bangsa



Surat Untukmu


Bu, tahukah engkau?

Ketika kau menulis dipapan tulis

Kau tak hanya menorehkan kapur

Tapi juga menyalakan lilin di kepala kami


Pak, tahukah engkau?

Setiap coretan yang kau berikan dibukuku

Bukan hanya sekedar coretan

Tetapi sebagai peta menuju diri yang utuh


Engkau bak pelukis hebat

Menorehkan warna di antara hitam putihnya keraguan

Tak ada kata yang cukup membalas.

Kecuali ucapan terima kasih


________

Penulis 


Rudly Abit Ikhsani, seorang penulis yang ingin abadi dengan tulisannya. Lahir dan besar di daerah yang dikenal dengan Kota Batik yaitu Pekalongan. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. 



Kirim naskah ke 

redaksingewiyak@gmail.com 



This Is The Newest Post