Puisi Surya Gemilang
4.695135, 96.749397.
keimanan sebatas padi
merunduk pasrah
dan berhalusinasi: sebongkah gereja
menjelma burung-burung
dan para petani sedang hibernasi
memeluk boneka sawah di ranjang
(Jakarta, Oktober 2023)
Waktu di Suatu Tempat yang Jauh
di sana, waktu
tidak bersayap tidak berkaki
dan tangan-tangan ajaib
membuatnya, tiba-tiba, tiba
pada kejauhan
tak terangkul mimpi siapa pun
di sana, waktu
tak lain sebatang pohon es
dalam tubuhnya membeku tubuh-utuh mereka
yang bertahun-tahun lalu menjadi abu
dan waktu, tetap pada tempatnya,
menyebar akar-akar es berduri
di sana, di kepalaku
lalu menyebar ke sekujur tubuh
mengisap darahku
dan menyeruak keluar dari kulit
memancang tubuhku ke tanah
yang perlahan ditinggalkan
cahaya
(Jakarta, Oktober 2023)
Seorang Aktivis Setelah Lulus Kuliah
ia kembali ke rahim, kali ini terbuat dari uang
dan terlahir kembali dengan sayap dari uang
dan satu kesadaran berbunga di hati kecilnya:
terbang dengan uang
adalah adegan sureal paling realis
sebab palu dan arit terlalu berat untuk menerbangkanmu
sebab bintang-bintang tinggal bendera
yang tak menerbangkanmu ke mana pun
ia hinggap di awan terendah: tak cukup tinggi
dan ia hinggap di awan yang lebih tinggi: tak cukup tinggi
lalu bunyi segumpal awan bocor
menyentuh kupingnya
membuat satu dugaan berbunga di hati kecilnya
yang memerah di akhir hari yang merah:
membangun ulang awan-awan
dari uang
adalah adegan sureal yang mungkin realis
(Jakarta, Oktober 2023)
Ocehan Sebelum Kau Pergi
langit tidak membutuhkan bintang-bintang
untuk menjadi langit
ia hanya langit yang menyedihkan
bagi beberapa orang
dan hanya langit
bagi yang lain
sekarang, apa kau masih menunggu
bintang-bintang
untuk mengepakkan sayapmu
untuk meninggalkan rumahmu?
toh, bintang-bintang
tak akan menyelamatkanmu
tidak semua orang mesti percaya
pada kata-kata pahlawan nasional itu:
bintang-bintang tak pernah menangkapnya
ketika ia terjatuh
dari ketinggian
karena lemparan bot
seorang tentara
(Jakarta, Oktober 2023)
Pelawak
aku berbakat menjadi pelawak
kata mama
itulah kenapa mereka menertawakanku
bahkan ketika aku tidak melucu
bahkan ketika dahiku berdarah
tidak semua orang sepandai aku
membuat orang lain tertawa
kata mama
itulah kenapa mereka tak pernah meninggalkanku
bahkan ketika aku ingin menyendiri
bahkan ketika aku membenturkan dahi ke dinding
“apa kau pernah lihat papa
membuat orang lain tertawa?
ia hanya pandai membuat mama menangis.
itulah kenapa kau istimewa.”
aku berbakat menjadi pelawak
dan aku boleh berbangga
tawa adalah mata uang
kata mama
dan aku tak perlu bekerja
untuk menghasilkan tawa
kalau kupikir baik-baik
dari perkataan mereka
inilah hal-hal yang membuatku berbakat
menjadi pelawak:
1) mata yang juling
2) bibir yang sumbing
3) nilai pelajaran yang semakin rendah
dan semakin rendah
seolah dari bukit habis terguling
aku hebat karena aku pelawak
tapi
saat menonton para pelawak di tv
aku sadar ada satu lagi mata uang
yang kurang: tepuk tangan
aku harus belajar lebih banyak
untuk membuat mereka
bertepuk tangan padaku
selain tertawa
(Jakarta, Oktober 2023)
Nama Belakang
pisau berlapis emas
menancap di punggung
nama depanku: titik-titik darah
mengarah ke mana pun ia melangkah.
sekali waktu kubawa nama depanku ke rumah
sakit, dan dokter berkata, “terlalu susah
untuk melepasnya. terlalu berisiko.”
belasan tahun nama depanku
terus meringis terus menangis
karena pisau menancap
dan di ulang tahun kami yang ke-17
nama depanku berkata:
“lepaskanlah. apa pun risikonya.”
aku menurut
dan mudah saja
kubuang pisau itu ke tong sampah
di sudut kamar.
tapi, darah mengucur deras
dari lubang di punggung
nama depanku.
“tidurlah,” katanya.
“tubuhku jauh lebih ringan sekarang.”
kami pun tidur berpelukan, aku dan nama depanku.
kasur cepat menyerap darah tapi kami tak peduli.
beberapa jam kemudian: kami terbangun,
kami mengambang di permukaan kolam darah
yang menenggelamkan seisi kamar.
karena jendela dalam jangkauan kaki
aku menendangnya hingga pecah
dan aku
dan nama depanku
dan isi-isian kamarku
terhanyut keluar
terhanyut terpencar.
itulah hari terakhirku
melihat nama depanku, nama asliku
dan pisau belapis emasku.
(Jakarta, Oktober 2023)
Nama Belakang, 2
nama belakang, gelas kaca
berisi nyawaku
yang hantu-hantu leluhur letakkan
di punggungku
sejak aku hendak belajar berjalan
(Jakarta, Oktober 2023)
______
Penulis
Surya Gemilang, lahir di Denpasar, 21 Maret 1998. Ia telah lulus dari Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta. Buku-bukunya antara lain: Mengejar Bintang Jatuh (kumpulan cerpen, 2015), Cara Mencintai Monster (kumpulan puisi, 2017), Mencicipi Kematian (kumpulan puisi, 2018), Mencari Kepala untuk Ibu (kumpulan cerpen, 2019), Icy Molly & I (novel, 2022), dan Mama Menelepon dari Neraka (kumpulan cerpen, 2023). Cerpennya masuk nominasi Cerpen Terbaik Pilihan Kompas 2022. Karya-karya tulisnya yang lain dapat dijumpai di lebih dari sepuluh antologi bersama dan sejumlah media massa, seperti: Kompas, Koran Tempo, Jawa Pos, Media Indonesia, Bacapetra.co, Basabasi.co, dan lain-lain.